Nah, saya
mengunjungi Candi Gayatri atau Candi Boyolangu ini di bulan Juni 2013 lalu
dalam tugas penelitian dari kampus. Boleh dibilang traveling lah. Saya
dulu melakukannya sebagai bagian dari liburan, bukan demi tugas semata.
Ini
merupakan candi pertama yang saya kunjungi di kota kelahiran saya sendiri.
Sebenarnya saya tidak begitu tertarik dengan sejarah. Sebabnya ketika pelajaran
sejarah di sekolah dulu selalu membuat saya menguap berkali-kali. Sejak saat
itu saya dengan tidak langsung menyematkan kata membosankan bila mempelajari
sejarah.
Namun
semua berubah ketika saya melakukan kunjungan ke candi yang berlokasi di dukuh
Dadapan, desa Boyolangu Tulungagung Jawa Timur. Mungkin karena sejarah ini
berasal dari kota yang selama ini saya tinggali, jadi saya seperti mendapat energi
yang menarik saya untuk mempelajari lebih jauh.
Bodoh
bila saya menganggap remeh atau mengabaikan sejarah lagi. Sejarah sejatinya
menjadi guru handal yang tertempa dengan baik sebagai pintu gerbang dunia yang
baru. Sejarah menjadikan mata terbuka dengan perubahan.
Induk Perwara |
Oke saya tidak akan bicara banyak tentang
sejarah di sini. Sejarah bukan ranah saya karena bicara sejarah juga tidak
gampang begitu saja. Ketika menulis makalah tugas waktu itu, saya merujuk pada
artikel lain yang saya cari di internet. Tidak ada satu orang pun di lokasi
candi yang bisa saya jadikan narasumber. Hanya sedikit bekal yang saya dapat
dari mengamati dan berdasarkan informasi dari museum Tulungagung, saya bisa
menyelesaikan makalah tersebut.
Kompleks percandian ini terlihat cukup asri.
Terdapat rumput hijau yang subur dan bunga di sekitarnya. Sementara di dalam
bangunan terdapat sebuah sempalan arca wanita budha dan beberapa umpak
berukuran besar. Kondisi arca sudah rusak. Bagian kepala dan anggota tangan
arca juga hilang. Sekarang sisa dari patung-patung yang ditemukan di areal
Candi Gayatri telah disimpan dan diamankan di Museum Daerah Tulungagung.
Arca |
Dokumentasi Candi Gayatri yang ada di Museum Tulungagung |
Koleksi Museum Tulungagung |
Ketika itu, arca Kera ditemukan oleh seorang warga yang sedang mencari batu di sekitar area sungai. Berita itu menyebar dengan cepat. Orang desa berbondong-bondong menuju ke sana. Saya sendiri tidak ikut datang menyaksikan secara langsung karena ketika saya tahu, arca tersebut sudah dibawa oleh pihah berwenang untuk diteliti lebih lanjut.
Sesekali
lihatlah kebelakang. Ada banyak cerita yang bisa membuka mata lebih lebar. Ada
peristiwa yang patut dijadikan pelajaran. Sejarah - bukan lagi hal membosankan.
Tulungagung, 5 Desember 2015
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete