Novel Akatsuki |
judul: Akatsuki (暁)
penulis: Miyazaki Ichigo
penerbit: Qanita
tahun terbit: 2012
Awalnya saya hanya iseng mencari novel di rak buku Perpustakaan Daerah Tulungagung. Saat itu saya sedang mood membaca novel ber-seting Jepang. Cover merah muda dengan tulisan Akatsuki begitu jelas dan membuat saya yakin pastilah novel itu ber-seting Jepang.
Siapa yang tidak tau Akatsuki? Akatsuki
adalah nama sebuah kelompok antagonis dalam serial manga dan anime Naruto.
Namun ternyata novel ini sangat jauh dari
bau anime, kartun, manga, apalagi Naruto dan kawan-kawannya.
Sedikit kecewa karena ekspektasi saya ketika melihat judulnya jauh berbeda
dengan cerita di dalamnya. Tapi okelah, saya membacanya.
Novel ini ternyata lebih ber-genre
islami remaja. Bisa dilihat dari tokoh utama yaitu Mayumi yang seorang siswi
SMA di Jepang. Nakano Mayumi adalah seorang yatim piatu yang kemudia diasuh
oleh sebuah keluarga dan memiliki kakak angkat bernama Shun.
Kak Shun, begitu dia memanggilnya adalah
orang yang baik. Namun ternyata kak Shun menyimpan perasaan cinta kepada Mayumi.
Bukan lagi cinta terhadap adiknya, tapi kak Shun mencintai Mayumi sebagai
seorang wanita. Kak Shun memaksakan cintanya hingga ia berubah menjadi orang
jahat yang sangat egois.
Di sisi lain Mayumi bertemu temannya
Kagawa Satoshi yang merupakan seorang muslim. Mayumi penasaran dan tanpa
disadari ia mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan Satoshi seperti
shalat, puasa, dan tentang Islam lainnya.
Menjelang akhir cerita, Mayumi bertemu
degan kakak kandungnya yang tinggal di Amerika. Kakak kandung Mayumi sangat
menyayangi dan melindunginya. dan Mayumi akhinya juga berpindah agama menjadi
muslim.
Saya tidak akan membahas cerita dari awal
sampai akhir. Kalian bisa membaca cerita lengkapnya di novel tersebut.
Khususnya untuk masyarakat Tulungagung bisa meminjam novel ini di PERPUSDA.
Saya hanya ingin berpendapat setelah
membaca novel ini. Sebenarnya saya tidak membaca secara keseluruhan karena gaya
bahasanya lebih ditujukan untuk pembaca muda (remaja SMP dan SMA) sehingga bagi
saya kalimat-kalimatnya sedikit membosankan ( ini tergantung selera pembaca sih
sebenarnya). Saya membaca skimming
saja selama kurang lebih 3 jam untuk menyelesaikan novel setebal 321 halaman ini.
Kelemahan novel yang ditulis oleh nama
pena Miyazaki Ichigo ini diantaranya adalah banyaknya paragraf yang menurut
saya untuk bacaan berlabel novel, banyak informasi ( mungkin
dimaksudkan sebagai pelengkap atau detail ) namun tersampaikan dalam tulisan
semacam artikel, beita atau feature.
Contohnya di halaman 17 :
Sebenarnya, penjurusan SMA di Jepang hampir sama dnegan sistem
yang diterapkan di beberapa negara. Biasanya, SMA negeri memiliki tiga jurusan.
Pertama adalah… -
( sampai yang ketiga. Ini
seperti penulisan esai atau artikel dengan fakta dan data yang lengkap.)
Contoh lain di halaman 23:
Sebetulnya, orang Jepang baru mengenal anime dan manga pada
sekitar 1960-an. Sejak saat itu, para animator Jepang terus berusaha
menghasilkan karya-karya baru yang berkualitas. Salah satunya dengan mengadopsi
hal-hal yang positif dari kartun Barat dan membuang yang negative. Sebagai
contoh adalah Toriyama Akira yang pelukis Dragon Ball itu. Dia terispirasi
oleh…
( Satu paragraf-lebih sepertinya, hanya
menjelaskan fakta yang dikemas seperti tulisan berita tentang anime. Oh iya,
setelah membaca bagian ini saya kira akan ada banyak bagian cerita tentang anime
atau manga sesuai judulnya Akatsuki, namun tidak ada apapun di cerita
selanjutnya. Maksud saya, penjelasan tentang anime dan sebagainya tadi
hanya pelengkap saja. )
Akhirnya saya tahu kalau Akatsuki di sini
yaitu menjelaskan artinya: fajar. Judul ini menunjukkan perjalanan Mayumi menemukan
kedamaian Islam sebagai fajar yang menyinari hari-harinya.
Contoh lain yang terasa janggal di
halaman 243:
Kobe adalah salah satu
diantara sepuluh kota terbesar di Jepang. Kota yang eksotis. Dataran Kobe
berada diantara laut dan gunung Rokko. Karena lokasinya yang menawan itu, pada
akhir periode Edo, Kobe ditahbiskan sebagai kota pelabuhan terpenting di Jepang
untuk sepanjang zaman.
Ada satu peristiwa yang
tak terlupakan dari Kobe. Pada 17 Januari 1995, sekitar pukul enam pagi…
( Pengetahuan anak SMA sebagai pemeran
utama yang menggunakan sudut pandang orang pertama ini kadang di luar batas
kemampuannya (secara logika) hingga menjelaskan Kobe dengan detail. (Mungkin
pernah muncul dipelajaran sekolah ya. I don’t know.) Sebenarnya ini
bagus sekali untuk menguatkan seting, namun tambahan-tambahan seperti
ini tidak ada kaitanya dengan cerita sama sekali hingga terkesan di-‘adakan’
untuk mempertebal halaman saja. Kalimat sebelum paragraf di atas menuliskan
bahwa di sana ada masjid Kobe dan Mayumi bisa belajar karena di Kobe banyak
orang islam. Nah, lalu kenapa tiba-tiba membahas Kobe yang merupakan
kota pelabuhan dan gempa bumi di tahun 1995. Benar-benar tidak berkaitan bukan?
)
It’s oke. Ini hanya pendapat saya. Sekali lagi saya
hanya melihat dari sudut pandang saja saja. Bila ada yang berpendapat lain,
it’s oke.
Contoh lain yang saya katakan menggurui yaitu
ada beberapa dialog atau narasi yang menjelaskan tentang islam di ucapkan oleh
Satoshi dengan uraian kata bak seorang ustad. Padahal Satoshi di sini adalah
anak SMA juga yang ya, kalaupun karakternya lebih dewasa, untuk bicara pada Mayumi
yang awalnya santai kemudian tiba-tiba mengeluarkan ‘petuah’, akan terasa aneh
saja.
Tidak apa memasukkan ‘kenyataan’ dalam
sebuah cerita fiksi. Saya tidak pernah menyalahkannya, bahkan itu bagus untuk
menguatkan logika dan sebagainya. Hanya penulisannya saja yang menurut saya
perlu di sesuaikan untuk bacaan berlabel ‘fiksi’. Bisa dihubungkan ke dalam
cerita sehingga tidak terkesan mengabarkan berita atau artikel di tengah-tengah
cerita. Hal-hal yang tidak mendukung cerita saya rasa perlu dikurangi juga.
Hanya menambahkan hal-hal yang mendukung cerita saya rasa akan memberikan nyawa
yang lebih kuat pada novel ini.
So far, novel ini bagus di baca oleh remaja yang baru masuk islam atau
ingin lebih mendalami islam karena bahasa yang digunakan sangat mudah dipahami
oleh pelajar. Membaca novel ini sebagai pengisi waktu liburan tengah semester
juga bisa menghilangkan penat sehabis ujian lhoh. Banyak informasi
tentang Jepang yang bisa didapat dengan membaca novel ini. Nilai moral yang di sajikan juga sangat baik. LET’S READ.
Tulungagung, 11 Desember 2015
Punya e-bookny tidak??
ReplyDeleteMaaf nggak punya e-book nya. Itu bukunya aku pinjam di Perpustakaan Daerah.
Delete