Pantai Prigi, Trenggalek |
Perjalanan setahun yang lalu kira-kira. Ketika itu, saya sedang penat dengan berbagai macam rutinitas
setiap hari. Akhirnya, tanpa perencenaan matang saya mengajak sahabat saya
untuk ke pantai. “Ke pantai mana sajalah, pokoknya pantai,” kata saya waktu
itu.
Entahlah, saya hanya merindukan pantai ketika jenuh datang dalam
hari-hari saya. Pantai seperti klinik penyembuhan rasa bosan yang begitu ampuh mengobati
saya. Tidak akan pernah ada kata tidak untuk menghampiri pantai.
Apalagi saat itu adalah bulan puasa. Namun dalam keadaan berjuang
melawan hawa nafsu makan-minum, dengan terik mentari yang menyengat, saya tetap
berangkat. Jarak yang tidak bisa dibilang dekat dari rumah juga tak berhasil
menghalangi niat saya kali ini. Saya butuh ketenangan.
Ombak dan Lautan Pantai Prigi |
Benar. Sesampainya di sana, semua penat saya terasa ikut diseret
ombak, menjauh ke tengah lautan sana. Rasanya begitu melegakan dan menenangkan.
Saya sadar kalau ketenangan ini hanya sesaat. Masalah yang saya hadapi ketika
itu tidak akan terselesaikan begitu saja dengan kedatangan saya ke pantai Prigi
ini. Tapi, saya hanya menikmati saat itu. Saya mengabaikan semua tentang
kehidupan meski hanya untuk sebentar.
Bermain air yang berbusa |
Ada ikannya nggak ya? #tengok |
Tak lama bermain-main dengan busa yang dibawa oleh ombak ke bibir
pantai, langit mulai mendung. Awan yang tadinya cerah kini terlihat muram dan
cenderung menakutkan. Kemudian sekumpulan orang yang memakai capil
segera merapat ke pantai. Mereka melakukan aktivitas yang belum pernah saya
lihat, membuat saya tertarik untuk mendekat.
Nelayang sedang bersiap menarik tambang |
Bersama-sama: Tarik!!! |
Oh, ternyata mereka harus mengambil hasil tangkapan yang ada di
laut sana. Secara serentak mereka berbaris sambil memegang seutas tambang
cokelat yang tadinya tergeletak di pasir. Dengan sekuat tenaga mereka menarik
tali itu bersama-sama. Seperti permainan tarik tambang kalau saya lihat,
nelayan vs ikan atau darat vs laut. haha.
Dua orang lainnya berada di bagian paling belakang duduk
berselonjor. Salah satunya merebahkan punggung di salah satu perahu. Mereka
merapikan tali yang sudah mendarat.
Du ibu yang menata kembali tali yang sudah mendarat |
Dari awal saya menunggu kesempatan untuk bertanya kepada mereka
namun saya juga tidak mau mengganggu kegiatan yang mereka lakukan. Lalu saya
memutuskan untuk menunggu saja. Lagipula saya juga ingin melihat hasil
tangkapan seperti apa yang mereka dapatkan.
Ternyata lebih dari 30 menit
kemudian tali itu masih terus di tarik, dua orang dibelakangnya juga masih
menggulung. Ah, sampai kapan ini berakhir.
Sepertinya saya akan tertahan lebih lama kalau terus menunggu.
Seorang nelayan menunjuk sebuah tanda di tengah laut sana. Seperti sebuah balon
kecil berbentuk bulat berwarna putih yang mengapung. Nelayan itu bilang di sanalah
ujung talinya. Oh, oke. “Fyuh, masih jauh,” desis saya pelan.
Akhirnya saya dan Rina, sahabat saya memutuskan pulang karena awan mulai lebat
menggumpal.
Mulai mendung |
Oh iya, saya ke pantai Prigi ini ketika musim hujan. Kalau
beruntung, dalam perjalanan kalian akan melewati sebuah air terjun di salah
satu tikungan jalan. Tidak begitu tinggi, namun di dekat air terjun ini bisa
menjadi tempat beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan. Airnya deras, cukup
besar hingga cipratannya sampai ke jalan. Namun ketika saya melewati lokasi ini
sebulan lalu (yang masih musim kemarau panjang) airnya hanya mengalir kecil,
hampir tak ada.
Pemanjangan di jalan, asri. |
Berliburlah kawan !!! Meski hanya ke desa sebelah.
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete