REVIEW: AKATSUKI by Miyazaki Ichigo - Reezumiku

Saturday, December 12, 2015

REVIEW: AKATSUKI by Miyazaki Ichigo

Novel Akatsuki
judul: Akatsuki ()
penulis: Miyazaki Ichigo
penerbit: Qanita
tahun terbit: 2012 

Awalnya saya hanya iseng mencari novel di rak buku Perpustakaan Daerah Tulungagung. Saat itu saya sedang mood membaca novel ber-seting Jepang. Cover merah muda dengan tulisan Akatsuki begitu jelas dan membuat saya yakin pastilah novel itu ber-seting Jepang.
Siapa yang tidak tau Akatsuki? Akatsuki adalah nama sebuah kelompok antagonis dalam serial manga dan anime Naruto.
Namun ternyata novel ini sangat jauh dari bau anime, kartun, manga, apalagi Naruto dan kawan-kawannya. Sedikit kecewa karena ekspektasi saya ketika melihat judulnya jauh berbeda dengan cerita di dalamnya. Tapi okelah, saya membacanya.
Novel ini ternyata lebih ber-genre islami remaja. Bisa dilihat dari tokoh utama yaitu Mayumi yang seorang siswi SMA di Jepang. Nakano Mayumi adalah seorang yatim piatu yang kemudia diasuh oleh sebuah keluarga dan memiliki kakak angkat bernama Shun.
Kak Shun, begitu dia memanggilnya adalah orang yang baik. Namun ternyata kak Shun menyimpan perasaan cinta kepada Mayumi. Bukan lagi cinta terhadap adiknya, tapi kak Shun mencintai Mayumi sebagai seorang wanita. Kak Shun memaksakan cintanya hingga ia berubah menjadi orang jahat yang sangat egois.
Di sisi lain Mayumi bertemu temannya Kagawa Satoshi yang merupakan seorang muslim. Mayumi penasaran dan tanpa disadari ia mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan Satoshi seperti shalat, puasa, dan tentang Islam lainnya.
Menjelang akhir cerita, Mayumi bertemu degan kakak kandungnya yang tinggal di Amerika. Kakak kandung Mayumi sangat menyayangi dan melindunginya. dan Mayumi akhinya juga berpindah agama menjadi muslim.
Saya tidak akan membahas cerita dari awal sampai akhir. Kalian bisa membaca cerita lengkapnya di novel tersebut. Khususnya untuk masyarakat Tulungagung bisa meminjam novel ini di PERPUSDA.
Saya hanya ingin berpendapat setelah membaca novel ini. Sebenarnya saya tidak membaca secara keseluruhan karena gaya bahasanya lebih ditujukan untuk pembaca muda (remaja SMP dan SMA) sehingga bagi saya kalimat-kalimatnya sedikit membosankan ( ini tergantung selera pembaca sih sebenarnya). Saya membaca skimming saja selama kurang lebih 3 jam untuk menyelesaikan novel setebal 321 halaman ini.
Kelemahan novel yang ditulis oleh nama pena Miyazaki Ichigo ini diantaranya adalah banyaknya paragraf yang menurut saya untuk bacaan berlabel novel, banyak informasi ( mungkin dimaksudkan sebagai pelengkap atau detail ) namun tersampaikan dalam tulisan semacam artikel, beita atau feature.
Contohnya di halaman 17 :
Sebenarnya, penjurusan SMA di Jepang hampir sama dnegan sistem yang diterapkan di beberapa negara. Biasanya, SMA negeri memiliki tiga jurusan. Pertama adalah… -
( sampai yang ketiga. Ini seperti penulisan esai atau artikel dengan fakta dan data yang lengkap.)
Contoh lain di halaman 23:
Sebetulnya, orang Jepang baru mengenal anime dan manga pada sekitar 1960-an. Sejak saat itu, para animator Jepang terus berusaha menghasilkan karya-karya baru yang berkualitas. Salah satunya dengan mengadopsi hal-hal yang positif dari kartun Barat dan membuang yang negative. Sebagai contoh adalah Toriyama Akira yang pelukis Dragon Ball itu. Dia terispirasi oleh…
( Satu paragraf-lebih sepertinya, hanya menjelaskan fakta yang dikemas seperti tulisan berita tentang anime. Oh iya, setelah membaca bagian ini saya kira akan ada banyak bagian cerita tentang anime atau manga sesuai judulnya Akatsuki, namun tidak ada apapun di cerita selanjutnya. Maksud saya, penjelasan tentang anime dan sebagainya tadi hanya pelengkap saja. )
Akhirnya saya tahu kalau Akatsuki di sini yaitu menjelaskan artinya: fajar. Judul ini menunjukkan perjalanan Mayumi menemukan kedamaian Islam sebagai fajar yang menyinari hari-harinya.
Contoh lain yang terasa janggal di halaman 243:
Kobe adalah salah satu diantara sepuluh kota terbesar di Jepang. Kota yang eksotis. Dataran Kobe berada diantara laut dan gunung Rokko. Karena lokasinya yang menawan itu, pada akhir periode Edo, Kobe ditahbiskan sebagai kota pelabuhan terpenting di Jepang untuk sepanjang zaman.
Ada satu peristiwa yang tak terlupakan dari Kobe. Pada 17 Januari 1995, sekitar pukul enam pagi…
( Pengetahuan anak SMA sebagai pemeran utama yang menggunakan sudut pandang orang pertama ini kadang di luar batas kemampuannya (secara logika) hingga menjelaskan Kobe dengan detail. (Mungkin pernah muncul dipelajaran sekolah ya. I don’t know.) Sebenarnya ini bagus sekali untuk menguatkan seting, namun tambahan-tambahan seperti ini tidak ada kaitanya dengan cerita sama sekali hingga terkesan di-‘adakan’ untuk mempertebal halaman saja. Kalimat sebelum paragraf di atas menuliskan bahwa di sana ada masjid Kobe dan Mayumi bisa belajar karena di Kobe banyak orang islam. Nah, lalu kenapa tiba-tiba membahas Kobe yang merupakan kota pelabuhan dan gempa bumi di tahun 1995. Benar-benar tidak berkaitan bukan? )
It’s oke. Ini hanya pendapat saya. Sekali lagi saya hanya melihat dari sudut pandang saja saja. Bila ada yang berpendapat lain, it’s oke.
Contoh lain yang saya katakan menggurui yaitu ada beberapa dialog atau narasi yang menjelaskan tentang islam di ucapkan oleh Satoshi dengan uraian kata bak seorang ustad. Padahal Satoshi di sini adalah anak SMA juga yang ya, kalaupun karakternya lebih dewasa, untuk bicara pada Mayumi yang awalnya santai kemudian tiba-tiba mengeluarkan ‘petuah’, akan terasa aneh saja.
Tidak apa memasukkan ‘kenyataan’ dalam sebuah cerita fiksi. Saya tidak pernah menyalahkannya, bahkan itu bagus untuk menguatkan logika dan sebagainya. Hanya penulisannya saja yang menurut saya perlu di sesuaikan untuk bacaan berlabel ‘fiksi’. Bisa dihubungkan ke dalam cerita sehingga tidak terkesan mengabarkan berita atau artikel di tengah-tengah cerita. Hal-hal yang tidak mendukung cerita saya rasa perlu dikurangi juga. Hanya menambahkan hal-hal yang mendukung cerita saya rasa akan memberikan nyawa yang lebih kuat pada novel ini.
So far, novel ini bagus di baca oleh remaja yang baru masuk islam atau ingin lebih mendalami islam karena bahasa yang digunakan sangat mudah dipahami oleh pelajar. Membaca novel ini sebagai pengisi waktu liburan tengah semester juga bisa menghilangkan penat sehabis ujian lhoh. Banyak informasi tentang Jepang yang bisa didapat dengan membaca novel ini. Nilai moral yang di sajikan juga sangat baik. LET’S READ.

Tulungagung, 11 Desember 2015

2 comments:

  1. Replies
    1. Maaf nggak punya e-book nya. Itu bukunya aku pinjam di Perpustakaan Daerah.

      Delete

Local Business Directory, Search Engine Submission SEO Tools