Kata siapa berjilbab nggak bisa pergi
kemana-mana? Siapa bilang pakai rok membatasi gerak kita? No! No! NO!!! Semua
persepsi itu tak berlaku untuk saya dan Nose. Yup, buktinya, dengan memakai
rok, kita berhasil menaklukkan serbu tangga Air Terjun Dholo.
Hari raya idul adha kemarin, saat semua
orang merayakan dengan menyembelih daging qurban, saya dan Nose memilih untuk
mengasingkan diri dari keramaian. Rencana kita untuk jalan-jalan yang beberapa
kali tertunda akhirnya terlaksana juga. Yay!!!
Nekat! Perjalanan hari itu bisa saya
katakan nekat. Sejak semalam sebelumnya hingga pagi hari tetap saja hujan. Bahkan
ketika berangkat, titik-titik air masih saja membasahi aspal jalanan. Namun
bukan kita kalau gentar hanya karena hal tersebut. Kita tetap melajukan motor
matik. Dengan bekal makanan dari rumah (lagi seneng-senengnya memasak), arah
jalan yang entah masih ingat atau nggak, dan yang pasti semangat berlibur yang
membara kita berangkat ke Air Terjun Dholo, Kediri.
Air Terjun Dholo masih berada satu wilayah
dengan Air Terjun Irronggono yaitu di dusun Besuki, desa Jugo, kecamatan
Mojo, Kediri. Dari pintu masuk Air Terjun Irronggono kita masih harus
mengendarai motor sejauh 5 km jauhnya. Melewati hutan dengan jalanan naik turun
yang menegangkan. Sebenarnya bukan hal itu yang membuat kita ragu dan hampir
menyerah untuk melanjutkan perjalanan. Namun hari itu benar-benar dingin.
Dingin yang teramat sangat bahkan baju saya yang berlapis tiga dengan jaket pun
masih merasakan hawa menusuk tulang.
Belum lagi kabut tebal yang membatasi
jarak pandang dan rintik hujan yang juga belum reda. Saat berkendara dan di
depan atau belakang tak ada kendaraan lain, saya
merasakan nuansa senyap yang mengerikan layaknya di film-film horror.
Berkali-kali saya berbisik pada Nose, “Lanjut nggak nih?”
Dengan tangan yang menggigil, jaket
setengah basah, dan udara dingin lereng gunung Wilis, kami akhirnya sampai di
sebuah tanah lapang. Di sana terdapat area parkir, warung-warung kecil, masjid
dan tempat bermain. Saya langsung menuju salah satu warung yang sedang
tutup untuk menghangatkan diri dari angin yang berhembus pelan.
Air terjun Dholo memang terletak di
kawasan pegunungan sehingga memiliki udara yang dingin. Meski tidak hujan suhu
di sini tetap dingin. Kalian perlu menyiapkan jaket tebal dan sarung tangan
bila tak ingin menggigil seperti saya.
Untuk menuju ke air terjun, kita perlu
menuruni anak tangga yang waw... jumlahnya mungkin hampir seribuan.
Yang membuatnya cukup panjang untuk dilalui adalah jalurnya yang meliuk-liuk
atau berbelok-belok sehingga kita perlu berjalan lebih jauh. Untung saja ada
penyangga yang memudahkan kita untuk berjalan. Dibeberapa tangga ada yang rusak
akibat tanahnya longsor. Jadi perlu hati-hati agar tidak terpeleset.
Ketika saya sudah berjalan cukup lama
hingga kaki mulai terasa pegal, saya ingin bertanya pada orang-orang yang
berjalan naik. “Apakah masih jauh?” Jujur, jawaban apapun mungkin akan
melegakan saya. Namun tak satu katapun saya lontarkan. Melihat mereka yang
mendaki naik terengah-engah sambil sesekali berhenti dan menopangkan tubuhnya
di penyangga, wajah lusuh dan ekspresi tak keruan itu sudah cukup menjadi
jawaban. Tanpa berkata, mereka seolah melarang saya untuk berjalan lebih jauh.
Tapi nggak perlu khawatir. Sepanjang jalan
kita akan disuguhi pemandangan alam yang sejuk. Pohon-pohon hijau yang
diselimuti kabut tipis. Suara air terjun yang mulai terdengar saling beradu
dengan suara-suara hewan liar dari tengah hutan. Rasanya sungguh
menenangkan, membawa keheningan yang mendamaikan. Saya sangat menikmatinya
meski sesekali terpikirkan bagaimana nanti kembalinya? Haruskah saya mendaki
tangga itu lagi. Huh.
Perjalanan menuruni tangga ini sebenarnya
bisa dilalui selama 30-40 menit. Namun karena saya sering berhenti untuk
menikmati kicauan burung dan pemandangan hijau yang tersedia, jadi sampainya
agak lama.
Oke, selanjutnya saya mulai melihat
warung-warung dan kerumunan orang. Sampailah saya di sebuah air yang mengalir
jatuh dengan deras. Tebing yang tinggi dengan debit air yang sungguh cepat
hingga berkecipak di sana-sini. Air yang jatuh itu mengalir ke beberapa
bagian yang bertahap. Semakin kebawah semakin tenang arusnya. Meski tadi
gerimis, ketika semakin turun cuacanya semakin baik dan tak mendung lagi. Dan
ketika saya mencelupkan kaki, brrr.... dingin membekukan kulit. Meski tak
sedingin air di Bromo Tengger Semeru, saya tetap membenci dingin.
Pengunjung di sini selalu mengambil foto
dengan latar air terjun. Tentu saja tempat sekeren ini yang dengan susah payah
ditempuh wajib untuk diabadikan dalam lensa kamera. Tapi saya nggak banyak
mengambil foto karena hari itu sangat ramai.
Pengunjungnya pun beragam mulai dari muda
mudi, bapak-bapak, ibu-ibu sampai anak-anak yang masih balitapun berhasil
menjangkau tempat ini. Melihat semangat mereka saya jadi malu ketika mengeluh
akan jauhnya jarak berjalan kaki tadi. Hehe.
Selain warung-warung yang menyediakan
makanan dan minuman hangat, jajanan, dan aneka cemilan, ada sebuah toilet yang
terdiri dari dua bilik. Jadi nggak perlu bingung bila perlu ke toilet. Benar,
kebutuhan yang satu ini memang harus tersedia di tempat wisata manapun apalagi
kalau tempat wisatanya jauh dari peradaban kayak begini.
Usai menikmati keindahan di air terjun
Dholo, saya mulai merasa pusing. Sebenarnya hari itu saya nggak
benar-benar fit. Belum lagi saya nggak tahan cuaca dingin. Akhirnya
saya naik dengan sisa-sisa tenaga. Saya nggak berani mendongak ke atas.
Membayangkan sejauh apa saya turun tadi sudah cukup membuat pening dikepala
semakin nyeri.
So far, tempat ini keren banget buat dikunjungi.
Semua rasa lelah akan impas dengan pemandangan alami air terjun dan air yang
mengalir jernih. Hm... meski saya yakin kalau yang sudah datang ke sini pasti
nggak mau balik lagi. Kekkekeee Selamat berlibur >.<
Menuju Lokasi
Berangkat dari Tulungagung, saya ke Kediri
lewat jalur Njeli, Karangrejo. Ikuti saja jalan utama hingga masuk kabupaten
Kediri. Yang menjadi penanda saya adalah sebuah SPBU pertama yang saya temui.
Setelah SPBU tersebut akan ada pertigaan. Kita harus belok ke kiri di pertigaan
tersebut. Ada petunjuk jalannya kok jadi nggak perlu takut keblabasan.
Setelah itu kita akan mulai melewati jalur
pegunungan jadi jangan kaget kalau jalannya naik turun dan berkelok-kelok.
Ikuti saja sampai masuk pintu masuk wisata. Disana kita perlu membayar Rp.8000
per orang / dewasa. Setelah itu kita masih perlu mengendarai kendaraan hingga
menemukan gerbang masuk Air Terjun Ironggolo. Yang ingin berkunjung ke sana
tinggal masuk saja. Namun untuk menuju Air Terjun Dholo masih harus mengikuti
tikungan ke kanan sejauh kurang lebih 5km lagi. Nah ikuti saja
jalan yang meliuk-liuk sambil menikmati pemandangan alam yang asri hingga
kota yang tampak dari kejauhan. Indah.
Titik terakhir adalah lokasi wisata Air
Terjun Dholo. Di sana kita harus membayar biaya parkir sebesar Rp.3000.- Nah,
tempat ini bukan hanya cocok untuk wisata bersama kerabat, teman, pasangan tapi
juga keluarga. Coba saja deh. Itung-itung olahraga naik turun
seribu tangga.
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete