Bangga
menjadi narablog? Wah… bang Adhi Nugroho
alias Nodi seolah lagi nyuruh
saya untuk membuka luka lama yang telah tersembunyi dengan rapat. Ya… Sebuah
luka. Awalnya saya tidak berniat ikutan pada blog competition ini karena khawatir luka tersebut dapat tergores
kembali.
Namun saya
juga telah merenung cukup keras, hingga akhirnya selesailah tulisan ini dalam
waktu sehari di jam-jam terakhir penutupan pendaftaran. Bisa jadi, Kompetisi Menulis Blog Nodi justru menjadi kesempatan saya agar dapat berteriak pada dunia. Kya~~~ Rebel…
saya ingin memberontak untuk kali ini saja. Ya, kali ini saja.
Dahulu saya
tidak mengenal tentang bullying. Baru
ketika masuk SMA itulah saya menyadari bahwa tindakan teman-teman sekolah sejak
TK hingga SMP yang saya terima ketika itu merupakan bullying. Yup, penindasan/perundungan secara fisik, materi, hingga psikis saya
terima bertahun-tahun secara terus-menerus hingga menyebabkan trauma.
Beruntung,
ketika SMA saya terlepas dari semuanya dan mendapatkan teman-teman baru yang
sangat peduli, sehingga dampak bullying
itu tidak berkelanjutan atau semakin parah. Saya sangat bersyukur atas takdir
Allah yang amat berharga. Sayangnya, memang masih ada sisa-sisa traumatis
psikis yang terbawa hingga sekarang, misalnya: rasa rendah diri, sulit
bersosialisasi, takut bertemu orang baru, tidak berani menatap mata lawan
bicara, lebih parahnya, saya selalu merasa tidak diterima dimanapun berada.
Saya
menyadari semua itu dan berusaha untuk lepas secara total. Namun ternyata
keinginan tak semudah kenyataan. Sulit menyembuhkan luka yang telah tertanam
sejak lama. Makanya tidak heran bila ada yang stress hingga bunuh diri ketika mengalami bullying dan ketidakadilan di lingkungan pertemanan, sekolah maupun
keluarga.
Yah, itulah
perkenalan saya dengan blog. Sebuah pelarian dari dunia nyata ke dunia maya –
alam yang lebih mampu menerima semua keresahan. Sebab, saya tidak bisa
bercerita pada siapapun ketika itu, baik orang tua, guru, atau teman. Rasa
takut yang terdoktrin sejak lama telah membuat nyali ciut. Secara umum,
mayoritas korban bullying akan
menyembunyikan semua itu dari orang terdekat, hingga akhirnya ketahuan saat
dampak bullying telah parah.
Tuh kan…
Saya jadi curhat. Sudah terduga kalau pembukaannya akan sepanjang ini jika
menyangkut masa lalu (*masa lalu).
Blog lama
yang saya buat di tahun 2011 berisi tentang curhatan dan rasa sakit semua, khas
anak ABG yang lagi alay-alaynya. Tapi saya puas telah menuliskan semua itu,
entah ada yang baca atau tidak. Seiring berjalannya waktu, saya mulai malu
dengan masa lalu yang suram tersebut hingga akhirnya menghapus semua postingan,
kemudian membuat blog baru.
Fiksi adalah
dunia kepenulisan yang saya geluti pertama kali. Melalui cerpen inilah semua
rasa dalam hati bisa tercurahkan dalam sebuah karakter imajinatif. Alhamdulillah,
menulis merupakan salah satu cara penyembuhan yang ampuh. Perlahan kecemasan
dan ketakutan mulai berkurang. Saya semakin berani menunjukkan diri serta
bisa berinteraksi dengan lebih banyak orang.
Masa lalu
telah menjadi kenangan, namun semuanya juga membuat saya lebih kuat. Ya, jika
dulu tidak di-bully, bisa jadi saya
akan terkejut dengan lingkungan kampus yang penuh perselisihan, kerja yang
diselimuti persaingan, dan kehidupan keluarga serta masyarakat yang penuh
masalah. Jika dahulu tidak di-bully, mungkin
saya akan mudah patah semangat dan tidak bisa menjadi pribadi seperti yang
sekarang.
Sampailah pada
titik dimana saya bisa bilang, “Bangga menjadi narablog”. Namun arti sebuah
kebanggaan bukan diukur dari seberapa banyak materi yang didapat dari aktivitas
tersebut, popularitas, atau kesuksesan. Bangga memiliki standarnya masing-masing,
berbeda dari tiap individu.
Awal
mendalami blogging, saya membuat
batas sebuah kebanggaan itu adalah ketika bisa jalan-jalan ke banyak tempat
sebagai travel blogger, bahkan secara gratis layaknya kak Trinity. Semua
berubah ketika mengunjungi blog Dua Ransel. Bangga itu bisa melakukan hobi yang
sama dengan orang tercinta-suami layaknya Ryan dan Dina.
Beberapa
bulan lalu, parameter bangga itupun berubah kembali sejak membaca blog nodiharahap.com . Saya telah dibuat kagum
dengan sederet prestasi yang diraih melalui nge-blog. Respect itu pun meningkat, sebab bang Nodi begitu menghargai setiap apa
yang dicapainya, mulai dari memenangkan hadiah hiburan hingga the True Winner. Keren... Saya ingin mengikuti jejaknya, memantaskan diri untuk menjadi pemenang dalam sederet kompetisi, InsaAllah.
This is the newest achievement of nodiharahap.com:
Momen
spesial yang membuat saya bangga menjadi seorang blogger terjadi sekitar 5
bulan lalu. Yaitu sebuah keputusan untuk rebuild
my blog. Ketika itu saya berada dalam sebuah kegalauan antara me-nonaktifkan
blog atau tetap melanjutkannya. Setelah berpikir panjang, keputusan untuk tetap
menghidupi blog pun terpilih, dengan syarat rebuild
total.
Terlihat
sepele bukan? Apa yang bisa dibanggakan dari itu semua coba? Namun bagi saya, keputusan
tersebut merupakan pilihan sulit dan tidak bisa saya lampaui dengan mudah.
Artinya, saya harus membuka diri lebih banyak lagi, lebih luas, dan berjuang
melawan rasa rendah diri yang masih mengekor hingga saat ini.
Itulah sebabnya
saya bangga menjadi blogger. Keputusan lima bulan lalu telah memberi dampak
signifikan pada saya saat ini. Relasi bertambah, teman yang semakin banyak,
hingga income yang takterduga dari
aktivitas menulis blog. Alhamdulillah….
Resolusi
yang tampak abstrak mungkin. Namun dengan menargetkan 100 artikel pada blog
ini, saya semakin terpicu untuk mempebaiki segalanya, mulai dari konten,
publikasi, teknik SEO, desain grapic, dan sebagainya. Saya ingin menyambut 2019
dengan optimis serta penuh percaya diri.
Menembus 100
artikel, pastinya bukan hanya sekedar angka biasa. Namun semua harus berupa
postingan-postingan yang informatif dan memberi manfaat bagi pembaca. Saya
tidak mau membuat tulisan-tulisan yang akan menambah dosa jariyah untuk saya kelak. Semakin
banyak menulis, maka semakin saya sering evaluasi, belajar dan memperbaiki
diri. Wish my dream will be come true…
Finally….
Saya senang
bisa menyelesaikan tulisan ini tanpa meneteskan air mata ataupun kesal pada
orang-orang yang mem-bully saya di
masa lalu. Rasanya seperti baru melewati batu besar saat rafting. Lega.
Terimakasih bang Nodi yang telah menciptakan
inspirasi dari blognya yang inovatif. Thanks juga sudah memberikan kesempatan
untuk bilang pada dunia, “Saya bangga menjadi narablog.”
#KompetisiBlogNodi
Wahhh semoga bisa menjadi narablog yang bertahan sampai kapanpun, soalnay menyenangkan juga, bisa mengasah kemampuan dan juga skill :D
ReplyDeleteAmin... InsyaAllah terimakasih banyak doanya. Semoga saya bisa terus menuliskan hal-hal positif di sini.
DeleteLika liku menjadi blogger penuh perjuangan mbak, salute.
ReplyDeleteBullying membuat mbak pergi ke dunia maya, tapi malah justru menajdi kreatif..
Selalu semangat mbak :)
Thanks... Alhamdulillah. Saya yakin ini sudah ditakdirkan sbg jalan terbaik buat saya. Insaallah selalu semangat. Senang bisa mengenal dunia blogger yang penuh dengan orang2 menginspirasi...
DeleteMashaAllah mbak, alhamdulillah ya blognya malah sudah jadi website ��. Semoga kedepannya semakin menambah amalan yang bermanfaat bagi orang lain
ReplyDeleteMasih acak2an gitu kok mbk hehe... Insaallah semoga bisa bermanfaat. Terimakasih sudah berkunjung
DeleteSemangat mbak💪
ReplyDeletePerihal bully, mungkin saya pernah mengalami juga secara nggak langsung. Dan karena saya sensitif saya selalu merasa sedih dan memikirkan banyak hal terlalu dalam, dan melaui blog saya pengen mewujudkan impian saya...
Belajar melupakan perasaan tertekan, berusaha lepas dari bayangan masa lalu dan melangkah ke masa depan.
💪💪💪💪😁
Semangat mbk... Kalau bukan dari keinginan diri sendiri memang sulit utk melupakan semua dan melangkah ke masa depan.. Semoga sukses dan hari esok lebih indah... Heheee
DeleteAlhamdulillah smg makin bangga menjadi narablog yah kak, semangattt :)
ReplyDeleteAlhamdulillah sekarang bisa bilang bangga. Apalagi dapat menambah banyak teman dan wawasan. Terimakasih mas Joe sudah berkunjung 🙏
DeleteSemangat terus kak, menulis terus, produktif terus, nanti akan indah pada waktunya ....
ReplyDeleteInsaallah makasih banyak mas. Semoga indah pada waktunya. Thanks juga dah mampir hehe
DeleteHai, salam kenal. Saya juga pernah mengalami tindakan perundungan saat masih di sekolah, ugh, kalau ingat sangat tidak nyaman ya. Dan salut kamu bisa mengelola "kecut"nya lemon menjadi "jus" lemon yang manis untuk dinikmati :)
ReplyDeleteHalo mba salam kenal... Iya kalau ingat suka sebel juga sih. Kadang pengen marah2. Tp mereka yg ngebuli loh gak ngerasa ngapa2in. Jadi cuma kita yg ters
Delete