WARNING!
Akhwat
only!!!
Laki-laki
dilarang masuk! Kalau masih kepo, resiko tanggung sendiri.
|
Traveling,
pasti sudah banyak yang tau dengan kata bahasa Inggris tersebut. Jika diartikan
ke bahasa Indonesia, maknanya adalah perjalanan – pindah ke suatu tempat
tertentu untuk liburan atau rekreasi. Lalu bagaimana dengan kata ‘Rihlah’?
Sudah pernah dengar belum?
Pasti masih asing ya?! Saya juga baru
mengenal Rihlah beberapa bulan lalu saat mengikuti halaqah. Alhamdulillah
jazakillah khairan untuk ustadzah dan sahabat-sahabat sesurga yang menjadi
jalan terbukanya ilmu bagi saya. Kata
baru itupun saya serap dengan cepat dan langsung memasukkannya ke dalam kamus
besar ingatan dalam otak.
Rihlah pada dasarnya sama seperti traveling, bisa dikatakan perjalanan
demi urusan kesenangan atau rekreasi, namun kegiatan bepergian ini dikhususkan
bagi umat muslim saja. Rihlah diperbolehkan dengan maksud Hajatun Basriyah. Pada masa lampau,
Al-Quran mengisyaratkan agar manusia melakukan perjalanan atas keperluan
berdagang maupun demi mempertahankan kehidupan mereka. Namun di jaman sekarang ini, kita bisa
melakukan Rihlah agar dapat melihat perihal kehidupan di negara/daerah lain, kemudian
memperoleh pelajaran atau meningkatkan ilmu pengetahuan setelahnya.
Rihlah punya beberapa ciri tersendiri
yang tidak ada dalam traveling. Maka,
jika sahabat shalehah ingin melaksanakan Rihlah, bukan traveling biasa pada umumnya, ada poin-poin khusus etika Rihlah yang harus dipenuhi yaitu:
1. Niat demi mencari ridho Allah SWT. Niat adalah
hal yang utama, maka dari itu, Allah harus didahulukan. Sementara kebutuhan
lain seperti tuntutan pekerjaan, mencari bahan tulisan, hunting foto atau video adalah pelengkap saja. Niat harus
diluruskan semata-mata karena Allah SWT.
|
2. Ikhlas hanya karena Allah.
|
3. Memiliki akhlak mulia, artinya selama Rihlah,
kita menjaga perilaku dan adab terpuji sehingga tidak merugikan orang lain
maupun alam tempat yang dikunjungi.
|
4. Berhati-hati/menjaga diri dan jangan
berlebihan atau memboroskan uang pula. Cermatlah dalam mempertimbangkan
berbagai hal dan mengatur pengeluaran sewajarnya.
|
5. Tidak melakukan kemaksiatan selama perjalanan.
|
6. Selalu mengingat dan memohon perlindungan kepada
Allah
|
Saya yang sangat suka bepergian (namun
belum berkesempatan traveling ke
banyak tempat) mulai memikirkan hal ini dengan lebih teliti. Yes, saya jalan-jalan untuk menyegarkan
pikiran, melepas penat dari rutinitas kerjaan dan kesibukan harian. Kesehatan
fisik memang di dapatkan yaitu dengan perasaan yang lebih fresh selepas traveling atau liburan.
Namun sejak mengenal Rihlah, saya mulai
merasa kalau apa yang saya lakukan selama ini sia-sia belaka. Rugi sekali jika
saya hanya meniatkan jalan-jalan demi kepentigan jasmani atau duniawi saja.
Manfaatnya hanya akan diperoleh sebentar, lalu langsung hilang tanpa jejak. Sangat merugi bukan?
Dari situlah saya perlahan mulai
mengubah NIAT, yang awalnya traveling
demi kepentingan dunia (termasuk kebutuhan akan tulisan di blog ini) menjadi
Rihlah demi Allah Jaza Wa jalla – Semata-mata demi mendapatkan ridho-Nya.
Mensyukuri nikmat yang telah Allah limpahkan dan mengagumi indah ciptaan-Nya.
Insaallah, apapun yang diniatkan karena Allah, akan memberi dampak positif bagi
diri sendiri, termasuk urusan duniawi yang sudah saya nomor duakan.
Rihlah biasa dikenal pula dengan
istilah Tadabur Alam. Tujuannya selain untuk mengagumi ciptaan Allah, yaitu
untuk mempererat silaturahmi dan rasa peduli dengan teman seperjalanan, kebutuhan
jasmani serta psikologi. Disamping itu, saat melakukan Rihlah kita akan merasa
lebih aman jika terus mengingat Allah.
Selain etika Rihlah di atas, ada beberapa hal lain yang perlu diperhatikan
sebelum atau saat perjalanan supaya kita lebih maksimal dalam mencari Ridho-Nya:
Meminta ijin
kepada wali (orang tua atau suami) ketika hendak melakukan perjalanan
|
|
Akhwat
(perempuan) tidak boleh bepergian dengan seorang lelaki yang bukan mukhrim.
Usahakan
untuk bepergian dengan sesama akhwat atau sesama ikhwan saja, jangan
bercampur baur.
|
|
Berdoa
sebelum berangkat
|
|
Tetap
laksanakan ibadah wajib sesuai ketentuan, misalnya Shalat dan Puasa Ramadhan.
|
|
Sumber
pendapatan untuk keperluan Rihlah tidak dari hal-hal yang haram
|
|
Mengunjungi
tempat-tempat yang baik dan memuji Allah atas keagungan ciptaan-Nya.
|
|
Menjaga
akhlak dan berbuat baik kepada siapapun yang dijumpai
|
|
Menjaga
pandangan karena banyak sekali kemungkaran di era milenial ini. Apalagi jika
berjunjung ke Negara berbeda adat dan kebiasaan.
|
|
Jika
menjumpai berbagai hal di perjalanan yang tidak sesuai syariat dan tuntunan
Islam, maka segera beristigfar dan memohon perlindunan kepada Allah. Misalnya
menyaksikan kemaksiatan, kekufuran secara tidak sengaja.
|
Mungkin beberapa orang menganggapnya
ribet, “jalan
ya jalan aja, liburan ya waktunya bersenang-senang”. But, alasan itu ada hanya karena belum
terbiasa saja atau asing dengan kebiasaan yang belum umum di lingkungan kita
ini.
Tapi yakin deh, nggak ada ruginya mencoba untuk mengubah NIAT. Selain tubuh dan pikiran bisa relax, kita juga dapat beribadah dalam
satu waktu kan? Sekali melangkah, manfaat dunia dan akhirat di dapat. Nggak ada
ruginya. Apalagi dengan menerapkan prinsip serta etika dalam Rihlah, kita semakin terjaga dari perbuatan dosa. Contohnya saya dulu, pernah pamit mengerjakan tugas kuliah tapi nyatanya malah jalan-jalan sama teman. Astagfirullah. Mengenang hal macam itu membuat saya sedih.
Alhamdulillah sekarang sudah mengenal Rihlah. Semoga Allah selalu menjaga diri kita
saat melaksanakan perjalanan dan terhindar dari kejadian-kejadian buruk maupun
musibah kecil dan berat, Amin. Semangat memperbaiki diri ya shalehah. Semua
dimulai dari niat.
Baca Juga cerita sebelumnya:
wah kalo tujuan traveling pun karena Allah, insha Allah akan berkah dan malah mampu mendatangkan pahala. SElama traveling juga harus menjaga sikap ya mba...
ReplyDeleteIya insaalah lebih berkah. Hehehe... Pastinya dimanapun berada harus menjaga sikap, bukan cuma saat traveling aja. Moga2 Allah ijinkan utk menjelajah bumi Nya yg luas ini 😁
Delete