Assalamualaikum...
”Lolos nggak? Tes dimana? Kapan?”
Itulah pertanyaan-pertanyaan yang
terlontar pada saya seharian penuh tanggal akhir Oktober lalu ketika Pengumuman
Lolos Seleksi CPNS sudah keluar. Maklum saja, saya bekerja di instansi
pemerintah, dimana hanya ada dua jenis status pekerja di sini yaitu pegawai Honorer
dan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Maka, mengikuti tes CPNS seolah menjadi
kewajiban tak tersurat dalam lingkungan ini.
Ketika rekan-rekan saling berbagi
informasi, mulai menanyakan kabar perkembangan, saya hanya duduk diam saja.
Bisa dibilang saya adalah satu-satunya pegawai honorer di sini yang tidak
terseret euforia Seleksi CPNS tahun 2018.
Ketika berbagai rasa penasaran itu
terlontar, saya hanya menjawab singkat, "Saya tidak daftar."
Tersungging senyum naif di sudut bibir ketika lawan bicara melongo, tanda
mempertanyakan keseriusan jawaban barusan. "Iya, bukan tidak lolos, tapi
memang tidak daftar." Lagi, saya tersenyum t ipis, enggan memberi penjelasan lebih jauh.
Membuka portal SSCN saja cuma sekali.
Waktu itu hanya iseng dan coba-coba melihat formasi jurusan yang tersedia.
Sekali dan yang terakhir, saya tidak pernah mengunjungi laman tersebut lagi.
Yakin?
Nggak bakal ngesel?
Bukan hal mudah untuk memutuskan tidak
daftar CPNS. Apalagi Bapak sangat berharap banyak pada lowongan menjadi pegawai
negara tersebut. Pendaftaran CPNS 2018 inilah kesempatan besar yang jarang
terjadi, hanya ada ketika menjelang pemilihan presiden saja. Namun, memutuskan
untuk tidak mendaftar bukanlah sebuah langkah menyerah. Bukan! Saya hanya
memilih. Memilih untuk mengambil jalan yang berbeda.
Seorang guru yang sekarang jadi rekan
sekantor mengingatkan saya, agar tidak berkepala besar dengan situasi ini. Jazakillah buat beliau yang berkenan
menegur saya dengan cara yang baik tanpa menyinggung hati. Alhamdulillah, saya beruntung bisa diingatkan akan hal tersebut. Untuk
membohongi diri saya sendiri agar tidak menyesali pilihan ini, saya bisa saja
mencari alibi dengan menyombongkan diri. Naudzubillah...
Kembali ke topik, jadi kenapa saya
tidak ikut tes CPNS?
Kenapa?
Cukup lama saya bergelut dengan hati, DAFTAR
atau TIDAK. Padahal belum tentu diterima ya, hehe, namun langkah awal akan
sangat menentukan langkah selanjutnya. Jadi saya selalu melihat jauh ke depan
agar dapat memotivasi diri untuk menggapai tujuan-setinggi apapun itu.
Dari kebiasaan tersebut, saya mulai
membuat daftar positif dan negatifnya, antara daftar CPNS dan tidak daftar.
Selain itu, tentu meminta petunjuk dari Allah karena hanya Dia yang tau, mana
yang dapat memberi manfaat bagi saya atau malah membawa keburukan.
“Jika memang mendaftar CPNS adalah sebuah
pilihan tepat, maka condongkan hati yang lemah ini ke sana. Namun jika tidak daftar
adalah jalan terbaik, maka kuatkan hati, ikhlaskan diri ketika mendengar kabar
rekan-rekan diterima sebagai PNS.”
Begitu pinta saya dalam doa.
Berdasarkan berbagai usaha dan
pertimbangan, ada tiga hal utama yang mendasari saya tidak mengambil langkah
daftar seleksi CPNS tahun 2018 ini.
Pertama, saya ingin punya lebih banyak
waktu untuk ibadah, tidak lagi mementingkan urusan dunia termasuk pekerjaan.
Memang belum tentu lolos apalagi jadi PNS, namun mendaftar seleksi adalah satu
langkah menuju ke sana. Saya tak sanggup membayangkan bagaimana nantinya harus
sibuk mengurusi pekerjaan, akan menyita waktu ibadah yang harusnya bisa
dimaksimalkan. Kok tau kalau jadi CPNS itu sibuk? Tentu saja, saya tak mau berleha-leha apalagi makan gaji buta. Oleh
karena itu, perlu rasa tanggungjawab dan dedikasi besar untuk melaksanakan
tugas sebaik mungkin.
Alasan ke dua, saat ini - detik ini
saya bercita-cita untuk menjadi seorang istri yang dapat menjalankan kewajiban-kewajibanya dalam keluarga.
Demi mewujudkan harapan tersebut, saya
ingin punya lebih banyak waktu di rumah, menyiapka segala sesuatu sebelum suami
berangkat kerja dan menyambutnya ketika pulang. Whaahaa… ibu-ibu banget ya. Tapi membayangkan saja sudah bikin
bahagia. Kalaupun harus membantu mencari nafkah, saya ingin bekerja di rumah,
sesuatu yang bisa saya lakukan tanpa me-nomorduakan urusan rumah tangga. (Amin
Ya Allah...Aminin donk!)
Alasan kedua belum dapat terwujud sebab
status yang masih single, hohoo. Jadi
pertimbangan ketiga saya tidak daftar CPNS adalah... ingin punya waktu lebih
banyak untuk keluarga, utamanya orang tua.
Ada satu penyesalan yang tak dapat
diputar kembali oleh waktu. Yaitu ketika masa kuliah, saya melalui setiap hari
bagai rutinitas yang terus berputar-putar. Maklum saja karena ketika itu saya
juga nyambi kerja. Alhasil, setiap
hari berangkat pagi pulang malam, sampai rumah hanya untuk tidur saja.
Sementara akhir pekan terkuras untuk mengerjakan tugas yang tak dapat saya
lakukan dihari-hari biasa layaknya mahasiswa lain.
Kemudian ketika semua kegiatan itu hampir
berakhir, saya akan lulus kuliah dan bisa punya banyak waktu luang, lebih tepatnya
10 hari sebelum wisuda, ibu saya meninggal. Kejadian itu tak pernah bisa hilang
dari ingatan. Tadinya saya sangat bersemangat, akhirnya bisa mengajak ibu
liburan, bisa berbincang-bincang setiap waktu,
menghabiskan banyak hari bersamanya. Namun Allah berkehendak lain, takdir yang
tak akan pernah bisa berubah sekeras apapun saya meminta.
Namun detik ini, saya masih punya
kesempatan, harapan agar penyesalan itu tak terulang lagi. Saya bisa memilih
untuk menyibukkan diri dengan pekerjaan atau mengukir kenangan dengan
orang-orang tercinta. Semoga Allah mudahkan tujuan ini, semoga menggapai
ridhoNya.
That's
All.
Mungkin beberapa orang akan melongo
membaca tulisan ini, bahkan bisa saja ada yang prihatin atau menyayangkan
alasan tersebut. Saya mengerti, saya paham, saya pernah merasakan hal itu. Bisa
dibilang, pemikiran saya saat ini berbanding terbalik hingga 180 derajat dari
diri saya di masa lalu yang bercita-cita menjadi wanita karir sukses dengan
segudang aktifitas.
Yakin nggak nyesel?
Eh ternyata masih ada yang tanya,
seolah saya sedang menolak kupon emas gratis.
“Ndak eman to?
Mumpung masih muda loh!
Alhamdulillah, saya anggap itu adalah
bentuk rasa cinta kalian kepada saya. Namun saya yakin bahwa Allah yang
menjamin rejeki setiap hamba-Nya, termasuk saya. Seekor semut saja sudah dijamin setiap
makanannya, apalagi kita manusia. Ada Allah yang tak pernah lelah mengabulkan
doa. Saya percaya pada Allah dan takdir dari-Nya. Ingat!! Allah yang menjamin rejeki setiap hamba-Nya.
InsaAllah
Baca tulisan sebelumnya:
No comments:
Post a Comment