Editor : RN
Penerbit : de TEENS
Tahun Terbit : Juni 2013
Kota Terbit : Jogjakarta
Penerbit : de TEENS
Tahun Terbit : Juni 2013
Kota Terbit : Jogjakarta
Jumlah Halaman : 182 halaman
“Kau
tahu? Saat melakukan perjalanan denganmu dulu, aku menyesali satu hal. Aku
menyesal karena diriku tak cukup kuat untuk bisa menjagamu. Anda aku bisa
membawamu ke mana saja….”
Sebuah
novel perjalanan romantis di musim semi yang menyisakan kenangan begitu dalam
di benak dua anak manusia, diramu dengan konflik-konflik antarpersonal tak
terduga. Salah satu pemenang #lombanoveljepang, Ghyna Amanda Putri.
***
Meski terbit lebih dulu, tetapi saya baru membaca
novel ini setelah karya Ghyna Amanda Putri yang lain, Matryoska, Howls[dot]com,
dan Heartsease. Ini berawal dari Matryoska yang teknik menulisnya telah
membius saya. Kemudian saya mantap memutuskan mencari novel-novel karya gadis
asli Bandung ini yang lain.
Dari judulnya saja sudah bisa di tebak bahwa ini
adalah novel beraroma Jepang. Apalagi dengan label “Naskah Terbaik
#lombanoveljepang2013” saya yakin novel ini telah melalui proses penyeleksian
ketat hingga juri memutuskannya untuk diterbitkan.
Haru no Tabi adalah novel teenlit yang menceritakan Hisano Hayashi dan Toshihiko Hikawa pada musim semi. Hisa adalah seorang siswi setingkat SMA yang tubuhnya bergantung pada injeksi insulin. Ia adalah pengidap penyakit diabetes mellitus yang membuatnya tak bisa menikmati beberapa jenis makanan.
Haru no Tabi adalah novel teenlit yang menceritakan Hisano Hayashi dan Toshihiko Hikawa pada musim semi. Hisa adalah seorang siswi setingkat SMA yang tubuhnya bergantung pada injeksi insulin. Ia adalah pengidap penyakit diabetes mellitus yang membuatnya tak bisa menikmati beberapa jenis makanan.
Hari itu, pada saat upacara penerimaan murid baru,
Hisa melarikan diri dari sekolah dan rumahnya yang penuh aturan. Sebenarnya itu
karena kakak dan orangtuanya khawatir terhadap Hisa. Hari itu pula Hisa juga
sudah merencanakan untuk mengikuti seorang lelaki bernama Hikawa-Senpai, kakak
kelasnya yang kini telah lulus. Hampir setahun gadis itu membuntuti sang senpai
hingga luluspun Hisa tetap melakukan kebiasaannya mengekor dan mengawasi Hikawa-senpai dari kejauhan.
Hisa nyaris kehilangan jejak Hikawa-Senpai dalam aksi
menguntitnya ketika berada di Tokyo Sky Tree, sebuah menara pemancar siaran televisi tertinggi di Tokyo. Gadis itu bertanya pada seorang bocah asing yang malah membuat bocah itu ketakutan. Hisa yang tak bisa berbahasa Inggris kebingungan ketika sang ibu
memarahinya. Dalam moment itulah Hisa bertatap muka dengan Hikawa-Senpai yang
membantunya berkomunikasi. Akhirnya, Hisa membujuk Hikawa-senpai untuk
melakukan perjalanan bersama dengan tujuan ke Okinawa.
Dari situlah rangkaian perjalanan Hisa dan
Hikawa-senpai dari kota ke kota dimulai. Berbagai kisah seru dan tingkah konyol
Hisa membuat perjalanan semakin menyenangkan. Hisa merasa lebih bebas dari
biasanya meskipun ia masih harus berhati-hati memilih makanan. Selama itupun,
ia menyembunyikan penyakitnya dari Hikawa-senpai dan secara diam-diam
menyuntikkan insulin setiap hari tanpa menimbulkan kecurigaan.
Apa yang terjadi sehingga Hikawa-Senpai memaksanya
untuk pulang, padahal mereka belum sampai di Okinawa? Apakah Hisa salah makan
atau karena sakitnya semakin parah? Jangan. Jangan menyimpulkan sendiri sebelum
bembaca novel ini secara utuh.
Novel perjalanan yang dengan rapi mengeksplor
spot-spot menarik dengan local wisdom-nya di Jepang.
Dengan membaca novel ini, kita dibawa untuk berkeliling Jepang dan seolah-olah
merasakan sendiri suasana musim semi yang tak pernah ada di Indonesia. Penulis
berhasil mengemasnya dengan rapi dan imbang sehingga narasi-narasi yang
menggambarkan seting tidak terkesan membosankan. Istilah-istilah asing (Jepang) yang dipakai juga
merupakan bahasa sehari-hari di Jepang sehingga sangat mudah diartikan dan
memberikan pengetahuan baru bagi pembaca.
Saya sangat menikmatinya.
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete