Rasanya seperti disiram
seember air ketika sedang terlelap tidur. Byurrr… Kaget. Shock. Panik. Melotot
lalu me-lap muka dengan tangan. Ya, persis seperti itu. Kata-kata yang sedikit,
pendek, simple tapi jlebbb tajam menusuk dihati, dan juga benar adanya. Karena
benar itulah rasanya semakin dalam merobek bagian penting dari perempuan yang sangatlah
peka (katanya ari lasso). (Bukan hati dalam arti organ dalam manusia lho ya…)
Seorang teman bercerita
tentang sesuatu, entah kenapa tiba-tiba aku menyambungkannya ke topic lain ynag
sebenarnya nggak nyambung.
“Aku tadi lihat bannernya J-ROCKS di dekatnya
pasar sore,” cetusku.
Karena
tak memperhatikan, temanku bertanya lagi lalu kuulangi kembali perkataanku
tanpa kurang atau lebih satu hurufpun. Kemudian ia dengan santainya berkata,
“E-a-l-a-h…,” dengan setengah tertawa.
Tentu saja aku tak
terima dengan kata pendeknya yang mengandung banyak makna. Aku dekatkan mukaku
dan menanyainya serius tentang maksud ucapannya.
Jawabannya masih saja sama seperti dulu-dulu, ya, aku yang selalu fanatic masih saja heboh dengan masalah seperti itu. Gila…? banner? hanya masalah banner aja aku sudah seperti orang cari ribut yang dengan kukuh mempertahankan argumen dan memaksa orang lain ikut menyetujuinya.
Jawabannya masih saja sama seperti dulu-dulu, ya, aku yang selalu fanatic masih saja heboh dengan masalah seperti itu. Gila…? banner? hanya masalah banner aja aku sudah seperti orang cari ribut yang dengan kukuh mempertahankan argumen dan memaksa orang lain ikut menyetujuinya.
Saat itulah aku bertanya
pada teman di sebelahku yang lain. “Emangnya aneh ya? Buat dia mungkin biasa,
tapi bagiku itu luar biasa, J-Rocks men.” (agak mikir-mikir lagi dengan
ucapanku yang ini.)
“Gini lho, coba kalau
aku ngomong begini: eh nis pie iki carane ben desainku iso laku?[1]
trus apa komentarmu?” pertanyaan yang pernah diucapkannya kemarin, kemarinnya
lagi, kemarinnya lagi, minggu lalu, satu hari sebelum minggu lalu dan
lalu-lalu-lalu.
Byurrr….inilah saat
dimana aku diguyur air dingin yang buat tubuhku menggigil. Dengan pasti aku
menjawab, “Ealah, panggah kui ae.” Jawaban yang sama
diucapkan oleh temanku yang pertama.
Ya, ternyata ia meresponku seperti itu karena yang aku bicarakan cuma itu-itu saja. Dari jaman masih pake seragam abu-abu putih hingga kini seragam tak beraturan tetap saja itu yang aku bicarakan, dan itu-itu saja. Itu-itu saja nggak ada yang lain, nggak ada efeknya bagi mereka, nggak ada manfaatnya juga.
Ya, ternyata ia meresponku seperti itu karena yang aku bicarakan cuma itu-itu saja. Dari jaman masih pake seragam abu-abu putih hingga kini seragam tak beraturan tetap saja itu yang aku bicarakan, dan itu-itu saja. Itu-itu saja nggak ada yang lain, nggak ada efeknya bagi mereka, nggak ada manfaatnya juga.
Ah, ternyata aku butuh
sindiran untuk menyadarkanku atas apa yang aku lalukan. Aku merasa tertusuk dan
jlebbb…ternyata aku se-membosankan itu.
Hah, apapun-lah,
terimakasih buat teman-teman yang masih setia mendengarkan curhatanku yang
membosankan. Curhatan yang nggak dicurhatin juga nggak apa-apa. Terimakasih
kalian masih sanggup menahan penat, emosi dan menyingkirkan ego hanya untuk
sekedar manggut-manggut didepanku, itu saja sudah cukup kawan.
I LOVE J-ROCKS lagiiiii……………
20 November 2013
wah kakak penggermar jR YA....
ReplyDeleteboleh gabung ka?
ketuanya siapaya ??
ada nomer yang bisa di hubungi....
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete