Menjemput Kematianku - Reezumiku

Thursday, October 22, 2015

Menjemput Kematianku


sumber internet

Mendung menjadi pertanda mengerikan yang mengintaiku dari kematian. Gumpalan awan hitam terus memaksaku menyerah dari pertahanan. Dan titik-titik air menghajarku dengan keputusasaan. Itulah hujan. Hujan selalu mengingatkanku akan hari itu. Kenangan atas hidupku, juga pada takdirmu.

Harusnya aku mati saja bersamamu saat itu. Ah, tidak! Harusnya hanya aku yang mati. Biarlah aku saja yang meninggalkan dunia ini. Namun kenapa kau harus datang ketika aku sudah bulat memutuskan untuk mengakhiri hidup? Untuk apa kau ikut melompat bila kau sendiri tahu bahwa berenang adalah kelemahanmu?

Aku mengenalmu. Hanya aku yang tahu siapa sesungguhnya dirimu. Meskipun keras menentang pintamu atau menangis di hadapanmu, kau juga tak akan pernah membiarkanku pergi bersama janin ini.

Tapi apa yang bisa kulakukan selain mati? Mana sanggup kuhadapi hari-hari nanti? Terlalu muda untukku memikul tanggungjawab sebesar ini. Aku belum siap. Kurasa, aku tak akan pernah bisa. Aku hanya ingin pergi selamanya membawa luka ini. Aku ingin mati.
***
Tetes-tetes air mencium helai rambutku lalu menghantarkan dingin yang kuat, lebih dari yang biasa kurasakan. Basahnya membekap tubuhku lalu menjadikannya rapuh.  Kecipak hujan yang menghantam bersahutan dengan deburan ombak yang mengikis karang. Untuk kedua kalinya aku berdiri di ujung tebing karang ini. Aku menantang takdir untuk menjemput nyawaku lagi.

“Aku akan datang kepadamu,” kataku pada diri sendiri, pada laut di depanku, dan padamu yang kini entah berada di alam mana.

Tiba-tiba kakiku lemas. Inilah yang akan terjadi bila hujan datang mengguyurku. Hujan membawa memoriku kepada wajah pucatmu, gelagap mulutmu yang menelan air garam. Aku tak sanggup melihatmu tenggelam waktu itu.

Aku seperti tercekik sendiri. Lututku lunglai tertopang bebatuan yang tak mampu kurasakan lagi tumpulnya. Lalu kau datang dan memelukku dari belakang. Pelukan hangat, yang dulu sering kau suguhkan. Kau tersenyum, namun garis di bibirmu itu sulit kuartikan. Dan sedetik kemudian hujan di sekitarku menyingkir. Aku heran, apakah kehadiranmu yang mengusir hujan itu pergi? Mungkin benar, kau begitu benci hujan dan aku juga takut hujan. Tapi hujan kali ini lebih tahu diri untuk membiarkan kita teduh dalam sunyi.

Tangan kananmu menyentuh pipiku. Telapak tangan itu masih sama lembutnya seperti dulu. Lalu jemarimu yang lain meraba perutku. Ya, kau juga menciuminya. Siapa yang sebenarnya kau rindu? Aku ataukah bakal anakmu?

“Aku mencintaimu, lebih daripada dirinya.’’ Yang kau maksud adalah anakmu yang berdiam di perutku. “Tapi kau harus mencintainya, lebih dariku atau dirimu sendiri.”

Aku tak mengerti ucapanmu. Kukira kau akan bilang kalau kau mencintaiku, merindukanku, atau kau telah menungguku. Namun apa ini? Kau menyuruhku melahirkan anak ini? Anak yang telah menghancurkan hidupku dan merenggut takdirmu.

Perlahan kubuka kelopak mataku. Aku tidak ingat bahwa aku sedang terpejam tadi. Pandanganku menyapu samudra luas dengan deru gelombang yang semakin garang. Angin laut menghempaskan tubuh kecilku, seolah menentang niatku kali ini. Hujan semakin deras memancing kilat yang menggelayut di langit gelap. Hujan.

Tunggu… Ada sesuatu yang tidak benar. Bukankah hujan ini telah pergi? Dimana kamu? Kemana pelukan hangat yang tadi kurasakan? Apa aku hanya berhalusinasi, ataukah kau benar-benar datang untuk mencegahku mati?

Kuraba perutku yang telah buncit. Kutarik napas panjang melalui hidung yang hanya tersisa sedikit celah. Beberapa mililiter air ikut masuk kedalamnya. Lalu aku lepaskan semuanya dengan teriakkan panjang. “Aaa……” Aku lampiaskan kegagalanku untuk mati pada lautan, juga pada hujan. “Aaaaa……”

šSSS

Tulungagung, 21 Oktober 2015 
Diikutsertakan dalam tantangan #NulisBarengAlumni #KampusFiksi #KF4 dengan tema #Hujan 
~Reezumi~

3 comments:

  1. Wew... hampir sama ending cerita hujan kita, mbak. Tos!

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete

Local Business Directory, Search Engine Submission SEO Tools