Gunung Budheg adalah tempat wisata
alam Kabupaten Tulungagung yang berada di tengah kota. Iya, gunung ini
menjulang tinggi di kelilingi pemukiman warga dan sawah-sawah penduduk. Letaknya
yang strategis bisa dijangkau dengan mudah. Apalagi sekarang akses pendakian
juga semakin dipermudah seiring dengan meningkatnya jumlah pengunjung Gunung
Budheg.
Ada beberapa jalur pendakian
Gunung Budheg yaitu jalur utara dan barat. Biasanya pengunjung banyak yang memilih
jalur utama yaitu di barat karena aksesnya yang lebih mudah. Wisatawan datang
pagi-pagi sekali sebelum subuh untuk mengejar sunrise, bahkan ada yang
bermalam di puncaknya. Namun, pesona Gunung Budheg yang tak kalah indah adalah
waktu sore hari ketika mentari mulai merapat ke singgasananya. Cahaya orange
kemerahan dapat menyihir setiap mata yang memandang apalagi menikmatinya dari
atas Gunung Budheg yang melekat erat dengan sejarah Tulungagung.
Gunung Budheg sangat tersohor
dengan legenda yang dipercaya masyarakat Tulungagung. Bercerita pada masa
lampau, terdapat seorang pemuda bernama Joko Budheg yang merupakan rakyat
biasa. Ia menyukai seorang gadis ningrat bernama Roro Kembang Sore.
Roro Kembang Sore tidak serta
merta menerima kesungguhan hati Joko Budhek. Gadis itu mengajukan syarat bagi
Joko Budheg yang ingin mempersuntingnya. Pemuda itu harus bertapa di sebuah
bukit selama 40 hari 40 malam dengan menutup kepala dengan cikrak (alat untuk
membuang sampah) sambil menghadap ke laut selatan.
Ketika itu rasa cinta mulai tumbuh
di hati Roro Kembang Sore. Ia merasa kasihan melihat keadaan Joko Budheg yang
sedang bertapa. Suatu waktu ia berusaha memanggil Joko Budheg dan
membangunkannya dari pertapaan. Namun Joko Budheg tidak beranjak.
Keluarlah kata-kata seruan dari
Roro Kembang Sore, “Ditangekne kok mung jegideg wae, koyo watu.” Bahasa Jawa
Tulungagungan yang berarti: Dibangunkan kok tidak bangun-bangun, kayak batu).
Seperti sebuah mantra, Kalimat
Roro Kembang Sore pun menjadi kenyataan. Joko Budheg berubah menjadi batu.
Sejak saat itu, Roro Kembang Sore yang merasa sangat menyesal berjanji tidak
akan menikah dengan siapapun. Ia akhirnya meninggal di kediamannya yang saat
ini dikenal sebagai Gunung Bolo.
Itulah legenda yang mewarnai keberadaan
Gunung Budheg. Patung seorang pemuda yang diyakini sebagai Joko Budheg yang
berubah jadi batu juga terdapat di puncak gunung. Beberapa orang sengaja datang
ke tempat wisata ini untuk melihat kebenaran legenda tersebut.
Matahari mulai turun sekitar pukul 17.00 WIB. Bila ingin melihat sunset di puncak, kamu harus berangkat lebih awal. Jarak yang ditempuh tentunya
menyesuaikan dengan kecepatan pendakian masing-masing orang.
Meski tidak sampai puncak, kita
masih bisa melihat sunset yang indah. Seperti saya yang waktu itu tiba terlalu
sore sehingga ketika matahari mulai tenggelam, saya dan teman-teman masih
berada di setengah perjalanan. Kami pun memutuskan berhenti dan melihat sunset
dari sana saja. Indah bukan???
Dari ketinggian tersebut, kamu
juga bisa menyaksikan kota Tulungagung yang kemerlip menjelang malam hari. Jalan-jalan
besar juga tampak rapi dari ketinggian. Di sisi selatan banyak area persawahan
dan ladang. Sementara itu, di Gunung Budheg sendiri juga terdapat spot foto
menarik seperti gardu pandang, tulisan Gunung Budheg yang menyala dalam gelap,
dan background kota Tulungagung yang indah.
Saya tidak akan banyak menjelaskan
tentang arah menuju lokasi karena sekarang sudah ada Google Map yang sangat bisa diandalkan. Beberapa acuan yang bisa
dijadikan petunjuk adalah sebagai berikut:
Dari stasiun / terminal Tulungagung,
carilah arah menuju Taman Aloon-Aloon, perempatan TT, atau perempatan
Tamanan. Jika sudah menemukan salah satu dari tiga tempat tersebut, kamu hanya
perlu menuju ke selatan hingga masuk kecamatan Boyolangu. Ikuti arah ke selatan
hingga melewati pom bensin Beji – pasar Boyolangi – hingga menemukan pom bensin
lagi di sebelah kanan jalan. Dari pom bensin kedua tersebut, tetap lurus ke
selatan sekitar 50 meter. Di sebuah perempatan terdapat tulisan Wisata Gunung
Budheg. Dari sana kamu tinggal mengikuti petunjuknya saja.
Terdapat tempat istirahat dan pos
istirahat yang bisa digunakan untuk berteduh selama pendakian. Selain itu,
terdapat beberapa area dengan koleksi binatang yang dapat menjadi hiburan
tersendiri. Area parkir yang dikelola oleh penduduk setempat juga sangat
banyak. Selain itu terdapat beberapa warung dan penjaja makanan di sekitar
tempat parkir. Untuk tempat ibadah, kamu bisa menggunakan masjid atau mushola
di desa tersebut. Satu masjid besar dapat kamu jumpai saat mendekati tempat
wisata Gunung Budheg.
Alamat ® Desa Tanggung, Kecamatan Campurdarat, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur
Akses ® sepeda motor, mobil
Akses ® sepeda motor, mobil
Harga tiket masuk ®
5000 per orang
Harga parkir kendaraan ®
3000 per motor
Wisata tujuan ®
Situs Guo Tritis, Tumpak Kendit, Patung Joko Budheg
.
.
.
.
.
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete