PERJALANAN KE DUNIA BARU
28-29
SEPTEMBER 2013
Sudah sangat lama sekali aku tak lagi bermimpi. Bukan sekedar mimpi sebagai bunga tidur, tapi harapan dan cita-cita. Bertahun-tahun aku menjalani hari yang datar, lurus tanpa tanjakan atau turunan. Hanya belokan-belokan kecil yang sudah kuketahui jalurnya. Memang semuanya terasa mudah, sangat mudah, tapi itu membosankan.
Aku semakin jauh dari diriku sendiri. Yang kurasakan, bukan jiwaku lagi yang bersemayam dalam tubuhku. Aku merasa tak berarti, tak berguna. Aku seperti burung kehilangan sayap, tak mampu terbang sebagaimana nalurinya.
Aku merindukan kebebasan dan juga perjuangan, kekuatan untuk meraih mimpi. Aku ingin hidup seperti dulu ketika aku masih bisa mengejar mimpiku. Aku ingin kembali menemukan jati diriku yang hilang. Aku ingin hidup lagi, bukan seperti ini.
---
Suatu waktu ‘Entah Kenapa’ dari kebiasaan bermain facebook aku mencoba membuka situs yang ada di cover sebuah buku yang sedang kubaca. Aku menemukan ‘Penerbit Diva Press’ yang kemudian mengarahkanku pada facebook grup yang sedang hangat saat itu di awal kemunculannya, ‘Komunitas Kampus Fiksi Diva Press’.
Seperti ada yang menarikku ke dunia itu. Sebuah mimpi yang tiba-tiba muncul kembali. Akupun mencoba, untuk pertama kalinya menguraikan kata per kata, kalimat per kalimat yang selama ini terkurung dalam fikiranku. Salah satu lomba dari ‘Penerbit Diva Press’ yang mengembalikan semangatku. Kutemukan passionku dalam menulis, dan akhirnya aku mulai menulis.
Kemudian aku mencoba lagi ketika Kampus Fiksi membuka pendaftaran di bulan Mei 2013 lalu. Dengan judul ‘Goresan Hitam Persahabatan’ yang terinsprasi dari kisahku di masa lalu, mimpiku yang pernah hilang itu, akupun membulatkan tekad dan terkirimlah email pada tim penyelenggara.
Tepat menjelang ulangtahunku ke 20, pengumuman dan pembagian angkatan di umumkan. Ketika itu aku sedang di Jogja dalam kegiatan kampus. Aku mengaksesnya melalui handphone yang terbatas sinyal #eh maksudnya HP-ku yang lemot jadi sulit membuka internet.
Satu-persatu dan aku melihat namaku dalam deretannya. Hanya senyum bahagia yang kusembunyikan dari kawan-kawanku yang saat itu serba sibuk dengan tugasnya mencari bule. Dan rasanya masih tak percaya. Kuulangi lagi melihat deretan peserta yang lolos dari urutan terbawah ke atas. Mataku kembali berhenti dan menatapnya lekat, namaku benar-benar ada di sana.
Anis Pustariya – Goresan hitam persahabatan
---
Semua tak berhenti di situ, aku masih jauh dari mimpi. Angkatan 4? bulan September? masih 4 bulan lagi untuk mempersiapkan segalanya. Ya, segalanya mulai dari yang mungkin dan tak mungkin. Aku pesimis bisa melakukannya. Tak mungkin, itu terlalu rumit untuk hidupku.
Meyakinkan orangtua bahwa ini benar-benar nyata, mimpiku ada didepan mata, dan butuh waktu lama hingga mereka percaya. Aku juga punya tanggung jawab di kampus dan juga di tempat kerja. Sama-sama rumit untuk menanggung ketiganya. Belum lagi kondisi keuangan keluarga saat itu sedang kritis. Awal masuk kuliah juga membutuhkan dana yang tak sedikit. Aku tak mungkin meminta uang dalam keadaan seperti itu. Alhasil, cari pinjaman sana-sini dan gajiku dua bulan kedepan sepertinya tak akan masuk ke kantong, juga jatah makan siangku. (melas e rekkk…)
Perlahan hari itu semakin dekat, dan aku mencoba percaya pada mimpi itu. ‘My big influence’ yang menguatkanku dengan lagunya, “Tak ada yang tak mungkin, bila kita yakini, pastilah kan kau dapati,” J-Rocks bintangku. Aku yakin aku bisa bertemu dengan pak Edi Mulyono yang kutau dari media sosial facebook, twitter, dan blognya yang menginspirasi.
Aku pasti bisa mencuri ilmunya, AKU BISA!!!
---
Singkat cerita,
berangkatlah aku ke Yogjakarta seorang diri menunggangi kereta Malioboro
Ekspres pada hari jumat, 27 September 2013 pukul 10.45, dengan seragam batik
kerjaku yang masih melekat ditubuh. Untuk pertama kali pergi sejauh itu seorang
diri. Takut, takut berbagai hal buruk terjadi.
Pertama kali
pula aku menginjakkan kaki di stasiun Tugu Jogja, stasiun besar yang sangat
ramai. Kuikuti puluhan langkah kaki menuju jalan keluar, pintu keluar yang baru
pertama aku melihatnya. Lama, tapi aku tak merasakannya.
Salah komunikasi
antara aku dan tim yang menjemput, aku di pintu selatan dan mereka di pintu
timur, tempat berbeda yang tak akan berjumpa selama apapun aku menunggu
(hahahahaaaa… deg deg an dan juga pengen ketawa kalau ingat yang ini). Akhirnya
aku ‘berlari’ ke pintu timur dimana mereka berada. ‘berlari’.
Pak Hakan Syukur
dan mbak Ukik (peserta KF4 asal probolinggo) yang menjemputku. Saat itulah aku
baru percaya aku sudah di Jogja, di Jogja rekkk, aku di Jogja, Kampus Fiksi
Diva Press. Oh iya, ada juga si kepala suku, Fitria Ningrum dan seorang tim
juga yang menjemputku. Meluncurlah kami ke tempat Kampus Fiksi.
Bangunan ini,
yang selama ini hanya kulihat di facebook grup Kampus Fiksi 1, 2 dan 3. Tempat
dimana mereka pernah berada, kini aku ada di dalamnya. Ya, lantai itu, balkon
itu, tangga itu, televisi itu, dan semua itu itu… Kampus Fiksi………………….. Yay,
This is not a dream anymore…
Mereka
menyambutku dengan sangat ramah, mbak Ve, mbak Ita yang tawanya mirip salah
satu artis nasional (mbak Ita sendiri yang ngakunya begitu lho hehehe…) dan
beberapa peserta lain yang sudah datang lebih dulu. Orang-orang yang selama ini
saling bercanda dan melempar tawa di dunia maya, kini kami bertemu fisik di
dunia nyata. Lengkaplah semuanya…
Tawa, canda,
tanpa sekat dan embel-embel apapun. Kami menyatu lebur di tempat yang sama.
Berbagi makanan dari daerah masing-masing dengan ciri khasnya sendiri. Kalau
katanya mas Reyhan (peserta KF4 dari Kudus), tidak perlu keliling Indonesia
untuk mencoba makanan-makanan dari daerahnya yang beragam, cukup di Kampus
Fiksi, semua ada, lengkap plus gratissss. Hehehehe…
Dengan empuknya
kasur Manchester United semua terlelap, meskipun
baru tengah malam kami bisa benar-benar memejamkan mata. Teringat mbak Ukik
yang mandi pertama kali, tepat jam 12 malam dia mengendap-endap dalam kegelapan
hanya untuk menguasai kamar mandi itu sendiri. Hohohohooo…
Pagi-pagi,
kepala suku yang unyu, si Ningrum yang katannya masih SD itu dengan baiknya
menyediakan kopi panas dan teh hangat untuk para peserta yang lain (calon ibu
rumah tangga yang baik). Masih ngantuk namun beberapa sudah siap untuk
mengikuti kegiatan.
Men-charge
tenaga dengan semangat pagi ala mas Aconk. Kemudian
aku berhasil bertemu dengan Pak Edi, berbagi ilmu teknik kepenulisan. (meskipun
harapanku untuk dapat berjabat tangan dengan beliau sekaligus mengucapkan
terimakasih banyak belum tersampaikan). Banyak pengetahuan baru yang
menginspirasi dari owner penerbit mayor DIVA PRESS ini. Kisah dan ceritanya
yang semakin memacu semangatku untuk terus belajar menulis. Pesan-pesan dan
motivasinya yang jlebbb di hati. Banyak…banyak yang aku pelajari.
Semakin sore kami di bimbing langsung untuk menulis oleh para editor
kece, mbak Rina, mbak Ajjah, mbak Ayun. Dibagi tiga kelompok dan kelompok satu
mendapatkan tema futuristic, benar-benar pas…sangat tepat dengan kelemahanku.
Ini adalah genre mematikan untukku, aku belum bisa berimajinasi sejauh itu
apalagi di tuntut menyelesaikannya dalam waktu tiga jam. Gilaaaakkk….seperti
dikejar bom waktu.
Tapi dari sana aku belajar, tak peduli genre apa, berapa lama,
kondisi apapu, kita pasti bisa !!! Selamat untuk the couple yang
cerpennya terpilih dan nampang di layar LCD. Kereeen…semoga segera tiba saatnya
aku bisa seperti itu (AMIN)
----
Hari yang menyenangkan pasti cepat berlalu, dan itu benar.
Dengan cepat senja menyapa, dan sampailah pada malam minggu yang menyenangkan. Berduyun-duyun kami di
boyong ke rumah Pak Edi. Disambut oleh angkringan yang sudah nangkring di depan
rumah. Duduk rapi menikmati makanan-makanan nikmat, tempe bacem yang bagiku
sangat aneh, yaaa…aku belum pernah mencobanya. Pertama kali rasanya memang
aneh, manis dan…tiba-tiba mbak Ita bergemuruh dengan tawa renyahnya.
Semua langsung
terfokus pada dua MC itu kemudian acara dimulai. Tawa riang yang juga di hadiri
oleh beberapa orang dari Kampus Fiksi 1, 2 dan 3. Semua bermalam minggu ria.
Semangat semakin
terbakar tatkala pak Edi sekeluarga (nggak termasuk mas Ersa yang ikut2an lhoh
ya) bergoyang fenomenal, Caesar… Keep Smile…
Hey kenapa kamu kalau nonton
dangdut sukanya bilang… Jreng..jreng..jreng..jreng..jreng… Asek-asek jhooossss
Dan…yang hingga
kini menjadi tranding topic is :
Ini yel tel… Ini
yel yel… Skali lagi ini yel yel… Ini yel-yel…
Waktu pertama kali mbak
Evi ( peserta KF4 asal Palembang ) mencetuskan ide itu, aku
sama sekali nggak bisa berhenti ngakak. Kepalkan semua jari kecuali telunjuk
lalu saling silangkan keduanya. Bener-bener mengocak perut apalagi dengan
rencana pakai jaket kupluk sambil pasang muka melas menunduk kebawah (meski
rencananya gagal gara-gara pada lupa bawa jaket waktu berangkat ke rumah pak
Edi.)
Hwakkakakakakakakakakkkkk…………
(masih ngakak kalau praktek-in)
Masih ada nih,
game yang berpesan dalam bagi seorang penulis, *panggil mas Acong:
Aku pegang
punya kamu, kamu pegang punya aku…
Salam!
Salam!
Salam
Kampus Fiksi !!!
Yeyyyy…
(Jangan
lupa tanda seru!!!)
Eiitttttsssss………
belum berakhir. Ada satu hal lagi yang nggak terlupakan oleh teman-teman Kampus
Fiksi, aksi kelompok satu (aku nggak nyebut terutama mas Ersa loh ya) saat
tampil ala GWIYOMI… Aihhh… ajiibbb… Sayangnya aku nggak punya videonya yang
ini, yang pasti unyu deh :)
---
Esok
hari minggu masih panjang lagi. Belajar keredaksian dari mbak Munal, lalu
berjumpa lagi dengan mbak Rina dan mbak Ajjah serta editor-editor yang lainnya
dalam sesi ‘Gini loh jadi editor tuh’ (edisi lebay). Hahahaaa… Asik tapi bikin
puyeng karena saking banyaknya typo. Tapi hal ini memberikan passion baru bagi
si Fuyumi alias Resti yang katanya pengen jadi editor aja dari pada nulis.
“Wah…begini ternyata rasanya,” batinku.
Para editor memang sangatlah hebat. Aku saja tak sanggup kalau
disodori tiga lembar naskah seperti itu. Apalagi kalian yang sudah makan minum
sekian naskah dikalikan halamannya… Apresiated to mbak Ve dkk.
---
Nah ini yang menginspirasi, sharing proses kreatif bersama seorang
penulis novel best seller Garis Tepi Seorang Lesbian, mbak Herlinatiens. Mataku
terbuka dan banyak hal baru yang aku pelajari untuk menjadi seorang
penulis. Apalagi belajar tentang pentingnya melakukan riset untuk menulis
sebuah karya yang cetar… Riset…
---
Disela-sela istirahat semuanya malah diskusi masalah 'bahasa'. Yang
dari Jawa di kepalai oleh mbak Lia (yang sudah melanglangbuana ke berbagai
daerah) bergemuruh saling berargumen dengan bahasa asalnya, sementara itu yang
dari bandung, padang dan lainya pada gedek2 kepala kagak ngerti. Untung nggak
bikin forum sendiri, sundaners atau apalah. Saat asyik berbahasanisasi(pakai
nada si Vicky) mbak Ayun ikut nimbrung dengan logat daerahnya sendiri. #Aihhh
seruuu...
Saking masuknya di pikiranku, sampai-sampai logat Indonesiaku jadi
ke-Jawa-Jawanan plus dapat imbuhan ‘teh’ dari sunda, sekaligus bonus huruf ‘O’
dari si bundo Sofie dari Jambi.
Indonesia memang kaya.
---
Tak bisa di
jelaskan satu-persatu bahkan aku tak ingat beberapa diantara, pengalaman
singkatku di Jogja. Semuanya terasa seperti mimpi hingga memoriku tak bisa
merekam keseluruhannya. Hanya satu kata yang mampu terucap, HEBAT dan INDAH…
(eh, dua kata ya?!) ya itulah pokoknya.
Tak sanggup sebenarnya
harus meninggalkan tempat itu dan membiarkan kebahagiaan berlalu. Kalau aku
bisa meminta, pasti aku ingin lebih lama bersama kalian, keluarga baruku.
Semoga sampai kapanpun kita masih tetap keluarga. Ingat saat-saat tidur
bersama, antre kamar mandi bersama, makan dan bercanda bersama. Jika suatu hari
nanti kita telah berada di puncak, entah dalam bidang apapun itu (AMIN), lihatlah
ke bawah dan ingatlah kita pernah bersama. #Ciaaaaattttt… kok jadi mellowww
gini yak J
*usap aer mata.
Ujung cerita,
aku ingat si Resti yang mewek dan menyeret tanganku saat mengantar ke stasiun.
Semoga kita bisa
berjumpa kembali teman-teman, peserta dan panitia Kampus Fiksi, Penerbit Diva
Press dan terutama pak Edi Mulyono dan keluarga. Terimakasih banyakkk….atas
kesempatan, keindahan, kehebatan ini… Terimakasih untuk segalanya…
--- ---
---SEDANG PROSES BELAJAR-BELAJAR-BELAJAR---
Sampai jumpa di postinganku selanjutnya "SECANGKIR ILMU DARI KAMPUS FIKSI 4" tentang berbagai ilmu yang
aku dapat dari KAMPUS FIKSI DIVA PRES
NB: Sumber gambar dan video = Media sosial (FB dan twitter sodara-sodara Kampus Fiksi)
TULUNGAGUNG
16 OKTOBER 2013