Review Novel Hujan by Tere Liye - Reezumiku

Tuesday, October 25, 2016

Review Novel Hujan by Tere Liye


Tentang Persahabatan
Tentang Cinta
Tentang Melupakan
Tentang Perpisahan
Tentang Hujan
Semua imaji yang ada dikepala saya ketika membaca cover belakang Hujan ini sirna seketika saat membaca halaman pertama. Bukan sekedar  keromantisan biasa, namun Tere Liye langsung menyeret saya ke tahun 2042 hingga 2050an dengan kisah “romantis” yang tak mudah ditebak.
Mungkin terlalu naif bila saya mengatakan “romantis” yang biasanya berhubungan dengan cinta, rindu, dan kasih antar dua manusia. Namun, kisah Lail dan Esok menyimpan misteri romantisme antimaenstream yang terus meningkat disetiap bab sehingga membuat pembaca semakin penasaran. Cerita yang berlatar waktu puluhan tahun mendatang dengan segala macam teknologi sekaligus awal kehancuran.
Alur Flashback yang rapi. Bermula dari sebuah ruangan berukuran 4x4 m2, dengan dinding dan langit-langit berwarna putih, lantai pualam, dan belalai robot yang melakukan tugasnya dengan tepat akurat, Lail memutuskan untuk menghapus memori menyakitkan dalam hidupnya. Memori tentang hujan. Elijah, seorang paramedis membantunya, menjadi perantara Lail dengan sebuah alat super canggih yang mampu menyembuhkan depresi manusia.
Di sebuah era ketika komunikasi begitu mudah, hanya dengan menggoyangkan peranti model terbaru yang tertanam di lengan, ibu Lail mampu melakukan panggilan telepon, mengakses pembayaran kereta kapsul super cepat di bawah tanah. Saat itu Lail berusia 13 tahun. Sebuah gunung purba meletus dengan skala 8 VEI, menyemburkan material vulkanik setinggi 80 kilometer, menghancurkan kota, merusak lapisan bumi, menghantam pesisir benua dengan tsunami 20-40 meter, merenggut ibu yang ketika itu sedang mengantarnya sekolah, juga ayah yang sedang bekerja di pesisir.
Di saat yang sama pula, Esok kehilangan empat kakaknya, reruntuhan bangunan membuat ibunya cacat, merobohkan toko kue ibunya, dan meluluhlantakkan semua kota.
Awal kepunahan manusia itulah yang mempertemukan Lail dan Esok, yang kemudian membawa mereka melewati hari-hari mengerikan bersama di pengungsian. Namun ternyata banyak kenangan indah yang tercipta berdua, terutama saat hujan.
Cerita ini lebih banyak menceritakan tentang Lail, kehidupannya, pertemuannya dengan seorang sahabat bernama Maryam, perasaannya, dan rindunya terhadap Esok yang lebih dari sekedar rindu kepada orang yang telah menyelamatkan hidupnya.
Semua keromantisan itu dikemas dalam kepelikan politik dan ilmu pengetahuan dunia. Tere liye sungguh mahir mengurai kata-kata rumit kedokteran, teknologi dan politik menjadi lebih sederhana dan mudah dipahami pembaca awam seperti saya.
Hingga menjelang akhir cerita, Lail yang diliput rasa cemburu kepada Claudia, adik tiri Esok, semakin tak tahan dengan rasa sakitnya, rindu yang semakin menusuk, dan rasa kecewa atas pilihan Esok meninggalkan bumi mengajak Claudia. Ia tetap memutuskan untuk menghapus benang berwarna merah di pusat terapi saraf, kemajuan teknologi kedokteran dalam memetakan memori manusia, meski Elijah berkali-kali menanyakan keputusannya.
Bukan berapa lama umat manusia bisa bertahan hidup sebagai ukuran kebahagiaan, tapi seberapa besar kemampuan mereka memeluk erat-erat semua hal menyakitkan yang mereka alami. –Maryam “Hujan”
Bukan melupakan yang jadi masalahnya. Tapi menerima. –Elijah “Hujan”
Akhirnya Lail memeluk erat semua kenangan menyakitkan itu, Seluruh benang merah berubah menjadi benang biru sebelum memori itu benar-benar terhapus. Ending yang masih tak bisa saya terka. Meski setelahnya saya bilang “ah…” Jujur ada sedikit yang mengganjal di akhir cerita yang tidak dapat memuaskan saya.
Terlepas dari segala kesalahan teknis, it’s a very good story. Cukup mengharukan untuk membalas sebuah rindu yang tak pernah tersampaikan.

HUJAN

Penulis                          : Tere Liye
Penerbit                        : Gramedia Pustaka Utama
Tebal                              : 320 halaman
ISBN                               : 978-602-03-2478-4

1 comment:

Local Business Directory, Search Engine Submission SEO Tools