Senyum Sahabat: Bersedekah menjadi jalan terkabulnya mimpi - Reezumiku

Friday, February 19, 2016

Senyum Sahabat: Bersedekah menjadi jalan terkabulnya mimpi


Sekitar tahun 2012 lalu, saya pernah membaca buku Keajaiban Sedekah karya Ust. Yusuf Mansur. Ada beberapa bagian yang membuat saya tercengang, benarkah balasan orang yang bersedekah seperti yang tertulis di sana? Saya masih ragu saat itu hingga pada akhirnya saya mengalami kejadian yang membuat saya berkata, “Ya, Allah memberi lebih baik dari yang kita harapkan”.

Ceritanya seperti ini.

Pada saat akhir semester kuliah, mahasiswa diwajibkan melunasi semua tanggungan kuliah selama semester tersebut. Anggap saja uang yang harus saya bayarkan Rp.1.000.000. Namun ketika itu orang tua saya hanya punya uang Rp.500.000. Saya tidak mau memberatkan mereka sehingga saya bilang bahwa saya sudah punya uang Rp.500.000 dari tabungan jadi bapak hanya perlu menambahkan Rp.500.000 saja.

Kenyataannya uang yang saya punya hanyalah Rp300.000. Jadi saya harus mencari uang Rp.200.000 lagi agar bisa melunasi biaya kuliah. Namun waktu yang tersisa terlalu singkat untuk mendapatkan uang sebanyak itu bagi seorang mahasiswa yang nyambi kerja seperti saya. Uang itu saja adalah sisa gaji yang saya miliki bulan tersebut. Kalau semua saya pakai untuk membayar kuliah, saya tidak akan punya sisa untuk membeli bensin dan keperluan lainnya.

Kemudian saya buka buku Keajaiban Sedekah yang pernah saya baca. Mungkin saja ada yang bisa saya lakukan untuk mendapatkan uang secara cepat. Dan saya mendapati suatu rumus 10-1=19. Namun ketika itu saya masih bergerak dengan logika saya. Mana mungkin hal tersebut bisa terjadi. Apakah benar sedekah yang dikeluarkan akan diganti 10 kali lipatnya?

Dengan pemahaman cetek, saya berpikir karena saya butuh Rp.500.000 saya perlu sedekah Rp.50.000. Tapi saya butuhnya cepat. Bagaimana kalau dengan perhitungan tersebut, Allah mengganti namun melewati batas waktu pembayaran kuliah. Saya akan semakin binggung mencari tambahan uang lagi.

Lalu dengan pemikiran singkat, saya berniat untuk bersedekah RP.200.000 dengan harapan Allah memberi saya lebih cepat, sisanya akan saya gunakan untuk uang bensin selama bulan itu. Dengan pilihan saya yang ekstrim dimana saya harus mengikhlaskan Rp.200.000 di saat saya benar-benar membutuhkan uang tersebut, saya masih percaya bahwa Allah tidak akan meninggalkan saya. Saya sudah berusaha dan tinggal menyerahkan keputusan pada-Nya.

Hari itu juga saya tidak menunda-nunda. Saya mencari tempat yang pas untuk memberikan uang yang sangat berharga bagi saya itu. Mau saya berikan ke masjid, mungkin sudah banyak orang yang bersedekah di sana. Saya ingin uang tersebut benar-benar sampai pada orang yang tepat sehingga uangnya tidak sia-sia.

Ketika itulah saya melihat sebuah informasi tentang kegiatan sosial berkaitan dengan membaca. Saya baca sepintas kegiatan tersebut tampaknya sangat berguna untuk membawa anak-anak Tulungagung gemar membaca dan menjadi lebih cerdas. Saya yang bekerja di perpustakaan dan hobi membaca merasa kegiatan sosial di kabupaten saya itu tampaknya sangat cocok untuk didukung. Akhirnya saya mentransfer uang tersebut ke panitia acara.

Lalu apa hasilnya? Apa Allah menggantinya 10 kali lipat?

Saya menunggu beberapa hari hingga hari terakhir pelunasan uang kuliah. Ternyata tak ada orang datang mengirim uang atau tiba-tiba ada amplop di meja belajar saya. Tidak ada harapan lagi. Saya menyerah, mungkin niat saya bersedekah dengan mengharapkan imbalan tersebutlah yang salah. Saya terlalu lancang untuk bermain-main dengan Allah.

Akhirnya saya ikhlas melepaskan Rp.200.000 tanpa mendapat balasan. Kalau saya tetap memikirkan uang Rp.200.000 yang sudah saya sedekahkan tersebut, saya pasti akan semakin menyesal. Jadi saya memutuskan untuk merelakannya atas kesalahan saya yang mengharapkan imbalan. Lalu, akhirnya saya mencari pinjaman untuk membayar uang kuliah. (terpaksa)

Namun Allah mengetahui yang manusia tidak tahu. Beberapa bulan kemudian saya mencoba mengirimpan cerpen yang selama itu hanya tersimpan dalam laptop saya saja. Cerpen pertama yang saya beranikan kirim untuk sebuah lomba dengan hadiah pelatihan menulis tingkat nasional dari penerbit mayor DIVA Press.

Kelolosan saya dalam KAMPUS FIKSI 4 tersebut lebih mendekatkan saya pada dunia menulis yang akhirnya menjadi pashion saya sejak hari itu. Saya mulai berani mempublikasikan apa-apa yang saya pikirkan dan itu adalah lebih dari segalanya.

Lalu, apa hubungannya dengan sedekah saya waktu itu. Tidak muluk-muluk, saya hanya yakin bahwa Allah tidak pernah meninggalkan saya. KAMPUS FIKSI 4 adalah balasan lebih dari 10 kali lipat yang saya harapkan dulu. Saya percaya ada sebab ada akibat. Pengalaman hebat yang saya dapatkan di Yogyakarta tersebut tidak datang dengan sendirinya atau keberuntungan semata. Allah sudah mengaturnya untuk saya.

Meskipun bukan uang, tapi saya mendapatkan pengalaman, pengetahuan, teman-teman penulis dan penerbit yang bagi saya 1000 kali lipat lebih banyak dari pada uang itu sendiri.

Alhamdulillah, saya hanya bisa bersyukur dan tetap yakin bahwa setiap rupiah atau sekecil apapun bentuk sedekah kita kepada orang lain akan mendapat balasan yang terbaik dari Allah. Amin…

Inilah salah satu alasan saya, tanpa pikir panjang langsung mengiyakan ajakan teman untuk bersama-sama membantu orang lain di SENYUM SAHABAT.
Local Business Directory, Search Engine Submission SEO Tools